Tahapan Pendekatan Design for Change - Teras Academy
News Update
Loading...

10/12/2022

Tahapan Pendekatan Design for Change

 

Design for Change
Sumber: Medium

"Ketika anak-anak diberdayakan, bukan hanya mereka akan berbuat baik, tapi mereka juga melakukannya dengan baik." - Kiran Bir Sethi


Musim pandemi Covid 19 dimanfaatkan dengan baik oleh salah satu guru  sebuah sekolah swasta besar di Surabaya dengan memberikan sebuah challange kepada siswanya.

Seperti kita ketahui Pandemi Covid 19 telah membawa dampak pada kematian akibat penularan dari virus covid 19. Sehingga mobilitas masyarakat sangat dibatasi. Beberapa instasi memberlakukan work form office (wfo). Beberapa pekerja tetap bekerja di kantor.


Sang guru memberikan tantangan kepada siswanya dengan memberikan insight kondisi di sebuah kota dengan penyebarannya virus masih tinggi, di saat yang sama masyarakatnya masih bekerja di kantor. Guru tersebut memberikan challange kepada siswanya untuk mengatasi masalah transportasi darat –bagaimana menciptakan layanan transportasi aman, khususnya ketika mereka menunggu datangnya transportasi publik lewat.


Desain halte Bus Covid 19

Dari tantangan tersebut siswa mencoba mendesain halte bus yang aman dari Covid 19. Hasil dari kreasi mereka kemudian mereka diskusikan bersama-sama dalam kelas.


Program pembelajaran yang telah disusun guru tersebut merupakan salah satu implementasi dari pendekatan Design for Change (DFC).

 

Konsep Design for Change


Design for Change dipopulerkan oleh seorang Desainer Interior sekaligus founder sekolah kreatif, River Side School India. River Side terletak di tepi sungai Sabarmati, Ahmedabad India Barat, sebuah sekolah kecil yang membuat kehebohan dalam pendidikan dengan menerapkan model pendekatan pembelajaran inovatif.


Kiran Bir Sethi

Kiran Bir Sethi mengajarkan pelajaran paling berharga dalam kehidupan anak-anak, memberikan kepercayaan kepada mereka, bahwa mereka bisa “I Can”. Kiran juga mengajarkan tentang nilai-nilai dasar kehidupan, mengajak bermain, eksplorasi serta memberikan pemahaman bahwa belajar tidak terjadi di sekolah saja.


Dia memulai pendekatan River Side di tahun 2009, setelah muncul di acara TED talk, River Side bergaung hampir di seluruh penjuru dunia.


“Riverside School is Outstanding in terms of its philosophy, facilities, faculty, its family and most importantly its students”. Dr Howard Gardner, Professor of Cognition ad Education at the Harvard.

 

Kiran dalam praktiknya menggunakan pendekatan yang ia beri nama dengan Design for Change, sebuah proses berpikir kolaboratif dan kreatif yang memungkinkan siswa menemukan solusi inovatif untuk masalah dan tantangan yang mereka hadapi sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan mereka.


Design for Change (DfC) secara filosofi terinspirasi dengan Design Thinking. Ada yang beranggapan keduanya sama. Agar Design Thinking dapat diterapka dengan mudan, Kiran menyederhanakan dengan konsep DfC yang didalamnya ada 4 fase yang disebut dengan FIDS (Feel, Imagine, do & Share).

 

Tahapan Design for Change


Pendekatan Design for Change di bagi menjadi empat langkah yang disebut dengan FIDS: Feel, Imagine, do & Share.


Design for Change


Feel (Merasakan)

Siswa merasakan problem yang sedang dihadapi di lingkungan sekitarnya. Fase awal ini, guru memberikan stimulus kepada mereka. Kegiatan yang bisa dilakukan diantaranya: wawancara, observasi pengamatan, I if become.


Imagine (Membayangkan)

Setelah mereka menemuka permasalahan, guru mendorong siswa untuk mencari solusi melakui kegiatan diskusi yang dikenal dengan brainstorming.


Do (Lakukan/Aksi)

Fase selanjutnya siswa melakukan tindakan aksi melalui kegiatan untuk merancang solusi yang sudah disepakati.


Share (Berbagi)

Setelah solusi di rancang dan dibuat, siswa membagikan kepada teman sejawat melalui kegiatan presentasi. Melalui kegiatan presentasi, diharapkan siswa mendapatkan umpan balik.


Implementasi Design for Change

Pendekatan Design for Change dapat diimplementasikan dalam berbagai mata pelajaran umum, vokasi, maupun ekstrakulikuler. Pendekatan ini juga bisa diimplementasikan dalam kurikulum merdeka, khususnya dalam Progam Penguatan Profil Pelajar Pancasila.


Design for Change (DfC) bisa diimplementasika oleh guru dalam mewujudkan keterampilan Abad 21 yang biasa dikenal dengan 4 C, Critical Thnking and Problem Solving, Creativity, Communication Skills, dan Collaboration.


Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja 


Kesimpulan

Design for Change sebagai sebuah pendekatan yang unik dapat membantu guru dalam menyelenggarakan pembelajaran bermakna, Mengajak siswa menyelami kehidupan, mendorong kreativitas, dan berkolaborasi. Pendekatan Dfc prosesnya lebih sederhana bila dibandingkan dengan pendekatan yang serupa, Projek Based Learning (PBL) atau Discovery Learning.

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done