Sumber: Medium |
"Ketika anak-anak diberdayakan, bukan hanya mereka akan berbuat baik, tapi mereka juga melakukannya dengan baik." - Kiran Bir Sethi
Musim pandemi Covid 19 dimanfaatkan dengan baik oleh salah satu guru sebuah sekolah swasta besar di Surabaya dengan memberikan sebuah challange kepada siswanya.
Seperti
kita ketahui Pandemi Covid 19 telah membawa dampak pada kematian akibat
penularan dari virus covid 19. Sehingga mobilitas masyarakat sangat dibatasi.
Beberapa instasi memberlakukan work form
office (wfo). Beberapa pekerja tetap bekerja di kantor.
Sang
guru memberikan tantangan kepada siswanya dengan memberikan insight kondisi di
sebuah kota dengan penyebarannya virus masih tinggi, di saat yang sama
masyarakatnya masih bekerja di kantor. Guru tersebut memberikan challange kepada siswanya untuk
mengatasi masalah transportasi darat –bagaimana menciptakan layanan transportasi
aman, khususnya ketika mereka menunggu datangnya transportasi publik lewat.
Dari
tantangan tersebut siswa mencoba mendesain halte bus yang aman dari Covid 19.
Hasil dari kreasi mereka kemudian mereka diskusikan bersama-sama dalam kelas.
Program
pembelajaran yang telah disusun guru tersebut merupakan salah satu implementasi
dari pendekatan Design for Change
(DFC).
Konsep Design for Change
Design for Change dipopulerkan
oleh seorang Desainer Interior sekaligus founder sekolah kreatif, River Side
School India. River Side terletak di tepi sungai Sabarmati, Ahmedabad India
Barat, sebuah sekolah kecil yang membuat kehebohan dalam pendidikan dengan
menerapkan model pendekatan pembelajaran inovatif.
Kiran
Bir Sethi mengajarkan pelajaran paling berharga dalam kehidupan anak-anak,
memberikan kepercayaan kepada mereka, bahwa mereka bisa “I Can”. Kiran juga
mengajarkan tentang nilai-nilai dasar kehidupan, mengajak bermain, eksplorasi
serta memberikan pemahaman bahwa belajar tidak terjadi di sekolah saja.
Dia
memulai pendekatan River Side di tahun 2009, setelah muncul di acara TED talk,
River Side bergaung hampir di seluruh penjuru dunia.
“Riverside School is Outstanding in terms of its philosophy, facilities, faculty, its family and most importantly its students”. Dr Howard Gardner, Professor of Cognition ad Education at the Harvard.
Kiran
dalam praktiknya menggunakan pendekatan yang ia beri nama dengan Design for Change, sebuah proses berpikir kolaboratif dan kreatif
yang memungkinkan siswa menemukan solusi inovatif untuk masalah dan tantangan
yang mereka hadapi sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan mereka.
Design for Change (DfC) secara
filosofi terinspirasi dengan Design Thinking. Ada yang beranggapan keduanya
sama. Agar Design Thinking dapat diterapka dengan mudan, Kiran menyederhanakan
dengan konsep DfC yang didalamnya ada 4 fase yang disebut dengan FIDS (Feel,
Imagine, do & Share).
Tahapan Design for Change
Pendekatan
Design for Change di bagi menjadi empat langkah yang disebut dengan FIDS: Feel,
Imagine, do & Share.
Feel (Merasakan)
Siswa
merasakan problem yang sedang dihadapi di lingkungan sekitarnya. Fase awal ini,
guru memberikan stimulus kepada mereka. Kegiatan yang bisa dilakukan diantaranya:
wawancara, observasi pengamatan, I if
become.
Imagine (Membayangkan)
Setelah
mereka menemuka permasalahan, guru mendorong siswa untuk mencari solusi melakui
kegiatan diskusi yang dikenal dengan brainstorming.
Do (Lakukan/Aksi)
Fase
selanjutnya siswa melakukan tindakan aksi melalui kegiatan untuk merancang
solusi yang sudah disepakati.
Share (Berbagi)
Setelah
solusi di rancang dan dibuat, siswa membagikan kepada teman sejawat melalui
kegiatan presentasi. Melalui kegiatan presentasi, diharapkan siswa mendapatkan
umpan balik.
Implementasi Design for Change
Pendekatan
Design for Change dapat
diimplementasikan dalam berbagai mata pelajaran umum, vokasi, maupun
ekstrakulikuler. Pendekatan ini juga bisa diimplementasikan dalam kurikulum
merdeka, khususnya dalam Progam Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Design for Change (DfC) bisa
diimplementasika oleh guru dalam mewujudkan keterampilan Abad 21 yang biasa
dikenal dengan 4 C, Critical Thnking and
Problem Solving, Creativity, Communication Skills, dan Collaboration.
Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan
berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja
Kesimpulan
Design for Change sebagai
sebuah pendekatan yang unik dapat membantu guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran bermakna, Mengajak siswa menyelami kehidupan, mendorong
kreativitas, dan berkolaborasi. Pendekatan Dfc prosesnya lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pendekatan yang serupa, Projek
Based Learning (PBL) atau Discovery
Learning.