Bagaimana Menciptakan Creative Confidence - Teras Academy
News Update
Loading...

8/15/2020

Bagaimana Menciptakan Creative Confidence

 

Bagaimana Menciptakan Creative COnfidence


Steve Jobs bukanlah orang yang pandai-pandai amat dalam bidang pemrograman komputer. Di belakangnya ada Steve Mozniak yang selalu menyokongnya di divisi produk Apple. Tanpa mengkesampingkan Mozniak, semua orang percaya kebesaran Apple karena sentuhan kreativitas Steve Jobs. 


Apple mampu menjelma menjadi perusahaan teknologi kelas dunia. Salah satu kunci keberhasilan adalah Jobs telah meletakan pondasi inovasi di Apple melalui sentuhan-sentuhan kreativitasnya. 


Kreativitas adalah bahan bakar inovasi. Perusahaan dan institusi besar seperti Apple, Google, dan Facebook merasakan magisnya sentuhan kreativitas ini.  Profesor Mihaly Csikszmihaly dari Universitas Chicago, mendefiniskan kreativitas sebagai setiap tindakan, ide, atau produk yang mengubah domain yang sudah ada, atau yang mengubah domain yang sudah ada menjadi sebuah domain baru.


Sedangkan Edward de Bono mengatakan  seseorang dikatakan kreatif ketika ia menggunakan pemikiran lateral untuk menalar apa yang tidak jelas dan tentang ide-ide yang mungkin tidak bisa diperoleh dengan hanya menggunakan logika selangkah demi selangkah.


Jika kecerdasan hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu, maka kreativitas bisa dimiliki oleh semua orang. Sayangnya tidak semua orang bisa mengeluarkan potensi kreativitas yang ada dalam dirinya.  “Saya bukan orang kreatif sebelumnya, apakah saya bisa menjadi kreatif?”.


Pertanyaan menggelitik. Benarkah kita tidak mungkin menjadi kreatif?


Kami akan mengulasnya lebih detil. Kami banyak mengambil referensi dari sebuah buku karya Tom & David A Kelley, “Creative Confidence”. 

 

Bagian1: Mitos Kreativitas

Creative Confidence
 

Sebagian kecil beranggapan bahwa kreativitas adalah bawaan semenjak lahir, sebagian yang lain berpendapat kreativitas merupakan buah dari IQ. Benarkah semua asumsi tersebut?


Profesor Bernard Schroeder,  direktur Lavin Entrepre-Neurship Center Program San Diego State University  menuliskan mitos-mitos tentang kreativitas yang sering disalah sartikan. Berikut penjelasan dari pakar ekonomi dan pembicara TEDx tersebut:


Gen Kreativitas

Banyak orang percaya kemampuan kreatif seseorang diwariskan ke dalam DNA atau gen. Anggapan ini tidak didukung dengan bukti kuat. Pada tahun 2009, sebuah studi di Harvard Bussines Review (HBR), menyimpulkan bahwa sebanyak 20 persen kreativitas diwariskan dan 80 persen dipelajari. Jadi, ada 80 persen peluang yang bisa membuat kamu berubah menjadi kreatif.


Ide Orisinal

Kreativitas menghasilkan produk ide-ide orsinil. Asumsi ini salah. Dilapangan menunjukkan ide-ide baru sebenarnya merupakan kombinasi dari ide-ide lama, dan ketika seseorang membagikan ide-ide tersebut, ide lama dapat memicu lebih banyak inovasi. 


Scott Anthony dalam laporannya di majalah HBR memperlihatkan bahwa beberapa contoh produk-produk baru di Silicon Valley merupakan hasil dari perulangan produk lain. Contoh, BOX merupakan produk perulangan dari Drop Box, Lyft mendapatkan inspirasi nyata dari Uber.


Ahli Inovasi

Orang kreatif adalah ahli inovasi? Orang lama dengan pengalamannya biasanya memecahkan masalah dengan cara memilih metode yang telah membuat mereka sukses di masa lalu dengan mengkesampingkan pendekatan-pendekatan baru. 


Tom dan David Kelly, pendiri IDEO menjelaskan bahwa permasalahan yang rumit seringkali membutuhkan perspektif berbeda atau pemikiran pemula yang mengacu pada kecenderungan untuk menghadapi setiap situasi dengan keterbukaan dan sedikit prasangka.


Penghargaan

Penghargaan akan memicu kreativitas? Tidak ada penelitian khusus yang dapat membuktikan mitos ini. Sesuatu yang berkaitan dengan keuangan atau sebaliknya akan meningkatkan motivasi yang berpengaruh pada meningkatnya inovasi-kreativitas. Insentif dapat membantu, namun lebih sering terjadi jeleknya daripada bagusnya, kata Schroeder.


Penemu Tunggal

Orang hebat atau penemu tidak bisa bekerja sendiri. Seperti di Apple, Steve Jobs tidak akan bisa memajukan Apple tanpa ahli teknologi seperti Steve Wozniak atau Mike Markkula yang ahli dalam pemasaran. Begitupun juga dengan facebook. Zuckerberg akan sulit mengembangkan facebook hingga merajai media sosial saat ini tanpa bantuan COO, Sherly Sandberg. 


Kreativitas bisa muncul pada diri seseorang, namun  akan meledak jika dimunculkan oleh sebuah hasil kolaborasi. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bagaimana memadukan kreativitas dalam budaya perusahaan dapat membantu pimpinan membentuk tim luar biasa.


Itulah sebagian mitos menurut Bernhard Schroeder. Kreativitas itu sederhan. Ia terkait dengan rasa ingin tahu, imajinasi dan kegigihan.


Tidak salah jika Einstein mengatakan,

 

“saya tidak memiliki keterampilan khusus, saya hanya penuh rasa ingin tahu”

Ia kembali berucap,

“imajinasi adalah segala-galanya. Imajinasi merupakan suatu pertunjukan dari gambaran hidup yang akan dating”

 

Bagian2: Memahami Creative Confidence

 

Creative Confidence


Kreativitas bisa muncul jika seseorang memiliki kepercayaan kreatif atau dalam istilah lain, “Creative Confidence”. Tom & David Kelley, pendiri perusahaan design global IDEO dalam bukunya yang berjudul Creative Confidence menjelaskan Creative Confidence atau kepercayaan kreatif adalah tentang sebuah kepercayaan pada kemampuan diri sendiri untuk menciptakan perubahan di sekeliling.


“Kepercayaan kreatif adalah tentang percaya pada kemampuan Anda untuk menciptakan perubahan di dunia di sekitar Anda. Kepercayaan diri ini menurakan jantung inovasi. Menurut Tom dan David Kelley lagi, kepercayaan kreatif merupakan bagian dari proses “melepaskan potensi kreatif dalam diri sendiri”.


Bagaimana Creative Confidence bisa muncul dalam diri seorang? Manipulasi apa yang harus mereka buat? Bagian ini kami akan menjelaskan beberapa langkah yang akan membantu Anda menciptakan jantung inovasi ini sekaligus bahan bakar mesin “design thinking”.

 

Pola Pikir Berkembang

Salah satu komponen terpenting dalam kerangka kerja kreativitas adalah pola pikir berkembang. Pola pikir berkembang sangat erat kaitannya dengan sikap positif dan terbuka. Sikap positif dan terbuka akan membantu seseorang untuk melahirkan sikap positif, sehingga mendorong keberanian, melangkahkan kaki dan memunculkan ide-ide baru.


Carol Dweck, professor psikologi dari Universitas Stanford dalam bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success membagi pemikiran manusia menjadi dua, yakni: Pertama, orang yang meyakini bahwa kualitas diri seseorang (kecerdasan, bakat, karakter dan kreativitas) itu tetap. 


Dweck menyebut tipe orang ini sebagai fixed mindset. Kedua, orang-orang yang meyakini bahwa kualitas diri seseorang (kecerdasan, bakat, karakter dan kreativitas) bisa bertumbuh atau berubah. Dweck menyebut tipe orang ini sebagai growth mindset.


Orang dengan growth mindset tidak pernah melabeli diri dengan label negatif, berorientasi pada pemecahan secara kreativ, dan tidak pernah melihat sebuah kegagalan sebagai hasil akhir.


Sebaliknya, fixed mindset beranggapan manusia sulit untuk bisa berkembang, out of the box. Kata-kata yang keluar dari fixed mindset menggambarkan keputusasaan; aku payah dalam hal ini, aku hebat dalam hal ini, ini sulit sekali, aku salah, ini tidak mungkin bisa dirubah, dia pintar baget sedangkan aku nggak sepintar dia.

 

Menumbuhkan Growth Mindset

Pertama, Merubah Mindset. Yakinlah kreativitas, dan skill  tidaklah ditetapkan pada diri seseorang. Apalagi melekat. Setiap manusia mempunyai potensi yang seringkali belum maksimal untuk dikembangkan. 


Kedua, Merangkul Tantangan. Jangan menghindar ketika bertemu dengan sebuah tantangan. Ketika Anda berbalik arah, pasti tantangan lain akan muncul. Lebih baik rangkulah dengan menikmati tantangan tersebut. Jangan menyerah ya!


Ketiga, Fokus pada Proses. Jangan berpangku pada hasil. Bisa juga hari ini dan esok kita  belum mendapatkan hasil, namun percayalah proses yang Anda jalani akan meningkatkan ekspektasi dan kualitas Anda. Karena itu fokuslah pada proses.


Keempat, Belajar dari kritik. Kritikan terkadang membuat telinga kita memerah. Belajar dari kritikan, karena di sana ada pembelajaran luar biasa yang akan membantu Anda untuk melakukan perbaikan. Semakin sering kita bisa menerima sebuah kritikan, maka kita akan semakin dewasa. Ini pertanda Growt Mindset sedang tumbuh.


Keempat, Ambil inspirasi dan kesuksesan orang lain. Kita pasti pernah merasakan kesuksesan yang dilakukan oleh orang lain pertanda sebuah ancaman bagi kita. Mulai besok, jadikan kesuksesan orang lain sebagai sumber inspirasi bagi kita kemudian pelajari mengapa mereka berhasil. 


Kelima, Melakukan kesalahan adalah wajar. Seperti seorang balita ketika akan belajar berjalan. Terbata-bata, ada banyak kesalahan dalam melangkah hingga akhirnya bisa berjalan dengan lancer. Sama seperti itulah ketika kita belajar. Pasti kita akan melakukan pelbagai kesalahan, baik itu sebuah kesengajaan maupun tidak. Jadikan kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar. 

 

Bagian 3: Menjadi Kreatif

 

Creative Confidence


Menurut Kelley, untuk menjadi kreatif langkah pertama adalah dengan memutuskan untuk mewujudkannya. Kelley mendorong Anda untuk tidak terlalu memperhatikan apa yang dilakukan orang lain, namun lebih fokus pada cara kreatif Anda, tidak peduli bagaimana hasilnya atau jika seseorang telah melakukannya sebelumnya atau tidak. 


Kreativitas adalah relatif terhadap masing-masing individu. Bahkan jika tidak menemukan ide original, Anda dapat memodifikasi ide orang lain, yang dalam istilah Austin Kleon disebut sebagai “mencuri seperti seorang seniman”.

 

Guided Mastery

Dalam dunia psikologi sosial kita mengenal nama Albert Bandura. Psikolog senior yang dimiliki oleh Stanford University tersebut beranggapan perilaku seorang sangat tergantung pada tingkatan efikasi diri. 


Dalam dunia pendidikan, seseorang yang memiliki efikasi diri rendah kemungkinan tidak akan mencoba belajar lebih giat lagi untuk meningkatkan ujian karena ia tidak percaya bahwa itu akan dapat memperbaiki nilainya. Sama persis ketika kita menjumpai seseorang yang pobia dengan buah durian. Ia sangat muak ketika melihat buah durian dan tidak begitu yakin bisa menyukai buah tersebut.


Efikasi diri atau self efificacy adalah keyakinan akan kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melakukan aksi pada situasi yang ada demi keberhasilannya. Bagaimana meningkatkan efikasi diri pada seseorang?. Jawaban Bandura adalah dengan penguasaan yang dipandu (Guided Mastery). 


Guided Mastery memberikan langkah-langkah kecil dan terencana dengan baik membantu seseorang untuk keluar dari ketidakpercayaan diri melalui beberapa proses: mengamati (attention), memperhatikan model serta menyimpannya dalam ingatan (memory), mengikuti perilaku model (imitasi), dan memunculkan alasan atau sebab kuat, misalnya ketakukan akan makan durian. 

 

Ketakutan Akan Kegagalan

Yang harus Anda pahami adalah, setiap kegagalan tidak selalu nilainya 0, namun kegagalan merupakan bagian dari proses kreatif itu sendiri yang suatu saat nanti bisa memberikan nilai 100. Menjadi kreatif membutuhkan latihan, trial and error. Thomas Edison selalu mengalami kegagalan hingga puluhan kali sebelum mendapatkan keberhasilan dari setiap temuannya.


Menjadi kreatif berarti harus mengakrabkan diri dengan kegagalan. Menurut Kelley, ketakutan akan kegagalan menjadi penghalang terbesar dalam meraih keberhasilan, untuk terus belajar dan mewujudkan kreativitas. 


Anggaplah kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, menemukan kesalahan, atau celah untuk melakukan perbaikan terus menerus. Menurut Profesor Dean Keith Simonton dari University of California, Davis, para genius kreatif mulai dari seniman Mozart hingga ilmuwan seperti Darwin, cukup produktif dalam kegagalan.


“The surprising, cimpelling mathematics of innovation: if you want more success, you have to be prepared to shrug off more failure.”

 

Salah satu tujuan lain dari Guided Mastery adalah membantu orang lain menghilangkan ketakutan dan mendapatkan keberanian melalui langkah-langkah kecil sehingga menghasilkan lompatan yang besar.


Bagaimana jika harus menjumpai kegagalan? Nikmati dan renungkanlah mengapa Anda mengalami kegagalan. Fokus pada proses, bukan hasil dan pelajari untuk melakukan perbaikan. Ada yang lebih penting lagi, Anda perlu merancang keberanian. 

 

“Courage is only the accumulation of small steps.” – Gyorgy Konrad

 

Kekuatan menciptakan perubahan dan keberanian dalam mengambil tindakan sangat diperlukan. Seperti konsep dalam fobia Bandura, seorang anak kecil pada awalnya takut mengendarai sepeda, kemudian berjalan pelan-pelan dengan mengendap-ngendap mengamati, setah itu mencoba untuk menaikinya. Keberanian menurut Konrad hanyalah akumulasi dari langkah-langkah kecil. 

 

Bagian 4: Berangkat Dari Titik Nol

 

Creative Confidence


Brian Chesky dan Joe Gebbia pada tahun 2007 pindah ke San Fransisco kemudian melihat konfrensi desain di kota tersebut mengetahui banyak peserta yang kehabisan kamar hotel. Di saat yang sama, mereka sebelumnya frustasi karena harus pindah-pindah apartemen dengan menanggung biaya yang cukup besar seukuran mahasiswa Sekolah Desain Rhode Island kala itu.


Dari sana meuncul gagasan mereka untuk mendirikan usaha persewaan kamar kos dengan biaya murah. Chesky dan Gebbia adalah mahasiswa design, tidak mempunyai pengalaman bisnis apalagi bidang perhotelan. Keduanya tidak patah arang untuk mewujudkan gagasan bisnis tersebut. Dengan melakukan riset kecil-kecilan mereka meluncurkan airbedandbreakfast.com. 


Tidak ingin hanya sekerdar blog biasa, mereka mengembangkan sebagai platform dengan teknologi kompleks. Lagi-lagi bahwa mereka tidak memiliki kemampuan dalam bidang teknologi atau pemrograman. Menyadari akan kelemahan tersebut, mereka mengajak Nathan Blecharczyk yang saat itu engineer OPNET Technologies untuk bergabung dan menjadi Chief Technology Officer (CTO). 


Nathan bersama dengan tim yang sederhana mendesain ulang situs, dan berubah menjadi airbnb.com. Chesky dan Gebbia ingin gagasan mereka mengglobal sekaligus bisa diterima oleh jutaan orang diseluruh dunia. Karena itu bisnis persewaan kamar yang mereka tawarkan harus bisa menjangkau secara luas.  


Mereka menawarkan konsep airbnb kepada para investor. Y Combinator, pimpinan programmer komputer Paul Graham memberikan pendanaan pertama. 


Airbnb tumbuh dengan pesat sekaligus menjadi perusahaan startups yang sukses dengan jumlah pengguna 150 juta di seluruh dunia. Chesky dan Gebbia memulai aibnb dari awal (nol), dengan memunculkan gagasan unik, mewujudkannya dan akhirnya gagasan kreatif mereka bisa diterima di seluruh penjuru dunia. 


Ada banyak startegi menumbuhkan wawasan yang bisa digunakan dalam, diantaranya: Anda harus memutuskan menjadi kreatif, berpikir “merasa bodoh” seperti seorang traveler, mengkondisikan diri sendiri untuk rileks, membangun empati dengan pengguna, bergabung dengan komunitas kreatif, dan masih banyak lagi. 

 

Bagian 5: Dari Ide Menuju Aksi

 

Creative Confidence


Inovasi adalah tentang mengubah ide menjadi tindakan. Jangan terjebak dalam tahap perencanaan (yang berlebihan) sehingga Anda tidak pernah mengeksekusi. Cara terbaik mengetahui apakah rencanakan kita berhasil atau tidak adalah dengan melakukan aksi (testing). Bagaimana agar kita tidak terbuai dengan perencanaan, perencanaan melulu? 


Sebuah nasehat menarik dari Dale Carnegie

 

Inaction breeds doubt and fear. Action breeds confidence and courage. If you want to conquer fear, do not sit home and think about it. Go out and get busy. -Dale Carnegie

 

Bagaimana agar kita tidak terbuai dengan perencanaan, perencanaan melulu? 


Pertama, Proaktif

Orang-orang kreatif adalah mereka bukan pengamat pasif. Di benak mereka selalu terucap, “bagaimana aku bisa memulai.” Menurut Michael Mogill asalah satu cara menjadi proaktif adalah dengan mengambil kepemilikan atas masalah Anda sendiri. Sambil menyadari bahwa tidak ada orang lain yang akan menyelesaikannya untuk Anda. Menjadi proaktif berarti bukan menjadi reaktif. Orang proaktif memusatkan upaya mereka pada lingkaran pengaruh mereka, sedangkan orang reaktif memfokuskan upaya mereka di luar pengaruhnya.


Kedua, Buat bug list

Buatlah list celah yang ada di dalam produk yang Anda buat. Bug list yang dibuat memungkinkan melacak peluang perbaikan sekaligus menciptakan peluang kreatifitas. Termasuk di dalam bug list adalah segala sesuatu yang mengganggu Anda. Seorang programmer sudah terbiasa dengan bug list. Anda memang bukan seorang programmer, namun Anda bisa membuat bug list di sekeliling Anda. 


Ketiga, Mulailah segera 

Kegagalan Kodak salah satunya disebabkan karena Kodak gagal mengubah wawasan menjadi tindakan efektif. Kodak melewati momentum sehingga direbut oleh perusahaan lain, seperti Apple. Untuk mencapai terobosan kreatif, Anda hanya perlu memulainya, terlepas dari kegagalan kecil yang mungkin akan terjadi di persimpangan jalan. Mulailah segera, dan hati-hati  dengan sifat perfeksionis.


It’s hard to be “best” right away, so commit to rapid and continuous improvements"

 

Keempat, Gunakan Paksaan 

Keterbatasan seringkali memberikan peluang-peluang yang tak terduka. Peluang itu akan hadir jika kita bisa berdamai dengan keterbatasan kemudian memaksa diri sendiri untuk memutar otak, atau berpikir out of the box. Dalam proses tersebut seringkali kreativitas nampak kepermukaan. Breakdown target yang Anda buat ke dalam kategori-kategori kecil, kemudian laksanakan mulai dari yang paling ringan.


Kelima, Belajar Bereksperimen

Cara terbaik membuat kemajuan dalam menggapai goal adalah dengan memabnung sebuah prototiope, model kerja awal. Prototipe merupakan perwujudan dari sebuah gagasan yang telah dibangun di awal. Dengan membuat prototipe, akan memaksa Anda untuk mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan dengan orang lain, serta membuat pilihan. 


Membuat prototipe salah satu cara mempercepat eksperimen, dan mendapatkan efisiensi. Semakin banyak Anda berinvestasi dalam membuat prototipe, maka semakin dekat Anda dalam mewujudkan tujuan. Prototipe yang baik dapat menceritakan sebuah kisah, dan jika Anda bisa membuat audiens menjadi bagian dari cerita itu, prototipe bisa menjadi lebih persuasif.

 

“Embracing experimentation can help fuel the fires of innovation”

 

Bagian 6: Menemukan Passion

Banyak orang memilih sebuah profesi karena alasan-alasan tertentu. Salah satunya adalah karena gaji menarik dan jenjang karir yang jelas. Perusahaan konvensional membangun pondasi kepada dua hal tersebut untuk menarik para pekerja. Di era millennium, bermunculan perusahaan startups. Berbeda dengan perusahaan konvensional, perusahaan startups merekrut talenta-talenta berbakat dengan passion tinggi di bidangnya. 


Perusahaan startup percaya, bahwa passion bisa menjadi energi bagi tim dalam melipatgandakan kemampuan sekaligus menciptakan kreativitas yang dapat menopang produk yang mereka hasilkan. Tim engineering Twitter terus berkerja setelah twitter di luncurkan pertama kali di tahun 2006. Baru di tahun 2018, perusahaan sosial media tersebut mencatatkan labanya. Artinya Twitter harus menunggu selama 12 tahun.


Hampir tidak kita jumpai perusahaan konvensional yang mampu mempertahankan idenya selama sepuluh tahun tanpa mencetak laba, kecuali perusahaan tersebut akan melakukan pivot (merubah garis haluan). Twitter tidak, mereka mampu bertahan. Dengan dukungan sumber daya hebat, yang dibangun dengan “passion” dan budaya kerja inovatif, Twitter mampu tumbuh sekaligus menjadi salah satu perusahaan inovatif. 


Startup terdepan dalam membuat inovasi, mereka memahami bahwa inovasi hanya bisa dibuat oleh orang-orang kreatif dengan keunikan dan pasion masing-masing individu yang melekat pada mereka.


Dengan Passion, seseorang akan bergairah dalam bekerja, dan mampu menciptakan kreativitas tinggi. Steve Jobs, berucap “You have to be burning with an idea, or a problem, ora wrong that you want to right. If you’re not passionate enough from the start, you’ll never stick it out.”


Passion Anda apa? artikel Menciptakan Kreativitas Melallui Passion  akan menuntun Anda, jika Anda sampai detik ini belum menemukannya. 

 

Bagian 7: Membangun Kreativitas Kolektif

 

Creative Confidence


Jika kita menginginkan kreativitas individu dapat menghasilkan dampak positif yang lebih luas atau besar, maka diperlukan upaya kolektif, salah satunya adalah memupuk budaya kreatif kolektif. Bayangkan jika perusahaan Anda dipenuhi oleh orang-orang kreatif? berapa banyak inovasi yang akan di hasilkan. 

 

“The organizations of the future will increasingly depend on the creativity of their members to survive. Great Groups offer a new model in which the leader is an equal among Titans. In a truly creative collaboration, work is pleasure, and the only rules and procedures are those that advance the common cause.” Warren Bennis.

 

Google, sebuah institusi bisnis raksasa sekaligus salah satu perusahaan dengan budaya kerja terbaik di dunia terdepan dalam membangun kreativitas kolektif. Banyak faktor dan upaya di lakukan oleh google, salah satunya adalah dengan memberikan kebebsan para karyawannya untuk menjadi kreatif.

Kita membicarakan yang lain, seperti yang dikisahkan oleh Tom & David Kelley sebagai berikut.  

 

Belajar dari Intuit

Sebuah perusahaan pengembang perangkat lunak bidang finansial, intuit menunjuk wakil presiden inovasi desain, Kaaren Hanson sebagai leader dalam transisi budaya perusahaan yang dapat memperbaiki sekaligus mendukung pertumbuhan perusahan dengan cepat. 


Setelah dari dSchool, Hanson membuat program bernama “Design for Delight” atau D4D bertujuan untuk membangkitkan emosi positif dengan melampaui harapan pelanggan dalam memberikan kemudahakan dan manfaat sehingga orang lebih banyak dan memberi tahu orang lain tentang pengalaman tersebut. Ia kemudian membuat programD4D. Di tahun 2008, ia merekrut sembilan pemikir desain terbaik di perusahaan untuk bergabung dengannya dalam sebuah kelompok yang disebut “Innovation Catalysts” untuk memicu inisiatif kreatif dan melatih sekaligus membantu para manajer mengubah ide D4D menjadi sebuah tindakan.

 

Grub Catalysts dari pelbagai divisi. Mereka mencari peluang untuk menyenangkan pelanggan dan memacu praktif inovatif di seluruh organisasi. Mereka tim kecil (pada mulanya) tersebut menciptakan aplikasi seluler yang ramah pengguna yang disebut SnapTax yang membantu pelanggan menyiapkan dan mengajukan pengembalian pajak secara langsung.  


Mereka bekerja dengan baik; membuat desain dna mengujinya dengan cepat. Intuit mulai mendesain kesenangan untuk konsumen, di saat yang sama perusahana menemukan dirinya memperbaharui budaya inovasi sekaligus menularkan kepada yang lain. 


Apa yang bisa kita pelajari dari Kaaren dan timnya?


Mereka meluncurkan aksi dari akar rumput yang hanya membutuhkan komitmen manajemen menengah yang sederhana dengan menggunakan persentase kecil dari waktu karyawan.


Memanfatakan salah satu prinsip inti pserusahaan –kesederhanaan –dan memberi kehidupan baru dengan konsep nyata “Design for Delight.”

 

Memilih sendiri beberapa katalisator pertama untuk membantu memulai program, mengetahui bahwa itu bisa ditingkatkan, begitu kelompok memiliki momentum.


Menghindari produk yang rumit yang dimiliki oleh departemen dan divisi lain.


Menetapkan horizon waktu beberapa tahun, mengakui bahwa perubahan budaya nyata berdifusi perlahan melalui organisasi besar.

 

Pandangan Mauro Porcini

Mauro Porcini, chief design officer PepsiCo, memberikan pandangan menarik tentang fase yang dilalui perusahaan untuk memperkuat kemampuan mereka untuk berinovasi. Ia percaya bahwa perusahaan maju melalui lima fase untuk mendapatkan kepercayan kreatif (creative confidence). 

 

Fase Pertama, Penyangkalan Murni

Eksekutif dan karyawan kompak mengatakan, “Kami tidak kreatif.”. Pada fase ini harus ada upaya penanaman kepercayaan kreatif ke dalam budaya mereka sendiri.


Fase Kedua, Penolakan Tersembunyi

Salah satu eksekutif merekomendasikan dan mensponsori metodologi inovasi baru, manajer lain membayarnya dengan lip service tetapi tidak benar-benar berkomitmen. Dukungan eksekutif tidak diterjemahkan ke dalam kemajuan nyata, kurangnya tindak lanjut, tidak benar-benar yakin bahwa metode baru akan berhasil. 


Untuk melewati ini, karyawan garis depan perlu mengalami prinsip-prinsip creative confidence untuk diri mereka sendiri –mengembangkan inovasi ke dlaam pekerjaan mereka sendiri –cerminan efikasi diri atau melalui penguasaan yang dipandu dan melalui latihan terus menerus kemudian membangun kepercayaan kreatif di antara para pemain kunci (katalist). 


To Build a creative organization, you need to build creative confidence among key players. 


Fase Ketiga, Perjalanan Menuju Creative Confidence

Mauro menyebut fase ketiga dengan “lompatan iman”. Itu terjadi ketika seseorang pemimpin mengakui nilai dalam pemikiran desain yang digerakan oleh para katalist/sumber dayanya.


Fase Keempat, Pencarian Kepercayaan Diri

Pada tahap ini, semua organisasi membeli atau membangun inovasi dan mencari cara terbaik untuk meningkatkan sumber daya kreatif untuk mendukung tujuan perusahaan atau institusi. Mereka mengubah kesuksesan inovasi awal menjadi metodologi yang dapat mereka gunakan di seluurh perusahaan/institusi. 


Fase Kelima, Kesadaran dan integrasi holistik

Di sini inovasi dan iterasi yang konstan dalam merancang pengalaman pengguna telah menjadi pikiran dan DNA institusi. Dalam fase ini, tim secara rutin menerapkan alat kreatif untuk menghadapi tantangan yang mereka hadapi.


Ada di fase manakah institusi Anda? 


Memaksimalkan Kreativitas Tim

Bekerja dengan orang-orang dari pelbagai latar belakang sangat berharga, namun tidak mudah untuk menjalankannya, apalagi diantara anggota tim mempunyai beragam gagasan atau wawasan kreatif. 


Ada beberapa prinsip-prinsip memaksimalkan kreativitas dalam tim Anda yang dapat digunakan dalam rangka menciptaka support sistem, empatik, terbuka, dan cukup nyaman dalam mendorong ide-ide kreatif.

 

  • Know Each Other’s Strengths. Membayangkan bahwa Tim Anda sebagai kelompok super, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri. Bagi pekerjaan untuk memaksimalkan tim dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing.
  • Leverage Diversity. Keragaman dinamis antara pelbagai sudut pandang bagian dari upaya menciptakan lahan subur bagi kreativitas. Tim yang bisa menghargai keberagaman bersedia melakukan diskusi yang berisiko daripada menghindarinya.
  • Get Personal. Bawa seluruh diri Anda untuk bekerja. Mulailah rapat tim dengan berkeliling satu per satu dengan check-in, sekedar menanyakan kondisi orang lain (says to hello) atau membagikan pengalaman pribadi di dalam meja tim.
  • Putt The “Relationship” Back in “Working Relationship”.Pererat hubungan personal dengan team kerja. 
  • Do Together.Menurut Jeremy Utley, sebuah inisiatif yang dimulai dari bawah tidak mungkin bertahan jika para pimpinan eksekutif tidak hadir. Tetapi kebjakan dari atas sendirian, tidak akan memicu tindakan yang penuh gairah juga. Setiap orang di semua level perlu memahami bagaimana mempengaruhi budaya dan memupuk perubahan. 
  • Have Fun.Jadikan prioritas kegiatan yang namak sepele, seperti hang out, mendaki gunung, makam malam, bermain game, berolahraga bersama-sama. Kegiatan tersebut akan meningkatkan kolaborasi Anda. 
  • Good Workplace.Setting tempat kerja agar lebih menarik, fleksibel, tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat. Pertimbangkan pula untuk menghadirkan ruang prifasi di mana hanya bisa ditempat oleh segelintir orang. Adakalanya seseorang membutuhkan kesendirian dalam sekali waktu.If you want a team of smart, creative people to do extraordinary thinsg, don’t put them in a drab, ordinasry space.
  • Language Shape Culture. Bahasa merupakan bagian dari komunikasi. Kegagalan dalam menjalankan misi seringkali diakibatkan karena komunikasi buruk yang dilatarbelakangi oleh perilaku dalam berkomunikasi. To change attitudes and behaviors, it helpsto first change the vernacular.

 

Bagian 8: Kepemimpinan Multipliers

 


Menciptakan budaya inovasi sangat dipengaruhi oleh para pemimpin. Pemimpin tidak bisa mendikte budaya, tetapi mereka bisa memelihara, membantu menciptakan kondisi yang tepat untuk kreativitas dan inovasi. Mereka dalam istilah Liz Wiseman adalah para pemimpin Multipliers, atau pemimpin pengganda. 


Liz, eksekutif sumber daya manusia global Oracle, melakukan sebuah penelitian dengan berjudul Multipliers: How the Best Leaders Make Everyone Smarter. 


Mengamati bahwa semua pemimpin berada di suatu tempat kontinum antara (1) Penghilang, yang melakukan control ketat tim dengan cara kurang memanfaatkan bakat kreatif tim, dan (2) pengganda, yang menetapkan tujuan menantang dan kemudian membantu karyawan mencapai jenis hasil luar biasa yang mungkin tidak mereka miliki. Pemimpin jenis ke dua ini diantaranya adalah Steve Jobs. 


Bagaimana caranya menjadi pemimpin Multipliers? Liz memberikan saran sebagai berikut. 

 

  • Menjadi “magnet bakat” yang dapat menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik, paling kreatif dan membantu mereka mencapai potensi tertinggi.
  • Temukan tantangan atau misi yang layak memotivasi orang untuk meregangkan pemikiran mereka.
  • Mendorong semangat debat atau diskusi yang memungkinkan dapat mengungkapkan pandangan yang berbeda.
  • Berikan anggota tim kepemilikan hasil dan berinvestasi dalam kesuksesan mereka. 

 

Pemimpin kreatif masa depan yang dapat menjadi multipliers harus kita cari. Jika kita belum menemukan di organisasi Anda, maka jadilah Thinking Leadership yang bisa menjadi mentor terbaik di sekitar. 

 

Membawa Inovasi Ke P&G

Sebuah kisah menarik dari perusahaan Procter & Gamble dalam era AG Laflev sebagai CEO –yang dianggap sebagai pemimpin kuat di balik perubahan P&G, serta pemimpin sentral Claudia Kotchka, wakil presiden untuk inovasi dan strategi desain. Lafley meminta Claudia yang pada saat itu belum memiliki pengalaman dalam desain, untuk membangun desain ke dalam jantung perusahaan. 


Ia paham amanah yang dia emban sangat berat. Ketika membaca tentang Design Thinking  yang terinspirasi oleh Creative Confidence, kepalanya serasa dipukul oleh palu godam. “Wah, ini sangat jauh dari apa yang kita lakukan. Bagaimana saya bisa sampai di sana? Bagaimana saya akan mempelajari ini?. Meskipun terasa berat, dia mau untuk mencoba. 


Apa yang Claudia pertama kali lakukan? Dia mengirimkan catatan kepada para pemimpin bisnis P&G dan meminta masalah terberat mereka, menawarkan untuk membantu menyelesaikannya. Dia kemudian menciptakan dana inovasi untuk mengirim sekelompok eksekutif P&G untuk ke IDEO untuk belajar serta bekerja berdampingan dengan para desainer, memecahkan beberapa masalah sulit tersebut. 


Menurut mereka itu adalah transisi budaya yang kasar: sebagian besar karyawan P&G membenamkan diri dalam siklus desain yang tidak seperti apa pun yang mereka alami sebelumnya.


Claudia ingat bagaimana seorang eksekutif pemasaran memanggilnya dengan panik dari studio desain kemudian mengatakan, “Orang-orang ini (IDEO) tidak memiliki proses! Kita harus mengajari mereka cara P&G. ”Claudia menenangkannya dan meminta eksekutif untuk mengikuti arus sedikit lebih lama. Mereka melakukannya, dan dikemudian hari menjadi pendukung kuat metode inovasi baru.


Claudia kemudian membawa para praktisi inovasi untuk mengadakan lokakarya di P&G. Akhirnya karyawan dilatih sebagai fasilitator proses sehingga mereka dapat memimpin bengkel sendiri. Dalam satu bengkel, tim Olay bergulat dengan masalah yang membuat konsumen kesulitan membedakan berbagai produk di lini Olay. Tim telah merencanakan untuk mendesain ulang kemasan. Kemudian mereka membingkai ulang pertanyaan, yang menuntun mereka ke arah membangun sebuah situs web yang disebut "Olay for You."


P&G mengembangkan aliran produk yang stabil dengan cara tersebut. Tetapi yang jauh lebih penting bagi Claudia adalah kepercayaan kreatif yang diperoleh eksekutif P&G dari menjalani siklus desain.


Para karyawan dipandu melalui penerapan proses brainstorming, meneliti pengguna akhir, membangun prototipe, dan menyempurnakan konsep untuk masalah yang mereka hadapi. Para eksekutif senang melihat pelatihan ini, sekaligus perubahan yang telah dihasilkan.


Pelajaran apa yang dihasilkan oleh Claudia di P&G? Pertama, dengan lokakarya metode inovasi baru, kepercayaan diri mereka meningkat dari sebelumnya. Kedua, mengajak semua orang untuk membuat prototipe dan mengambil umpan balik. Jika ada kegagalan di sana, bukan menjadi sebuah aib dan ide Anda sangat buruk. Ketiga, melatih semua orang-orang di seluruh disiplin ilmu membantu menanamkan kepercayaan kreatif. 


Dia telah membantu membawa Creative Confidence kepada P&G dengan mengajak sebanyak mungkin orang untuk mengalami atau menciptakan kesuksesan kecil untuk diri mereka sendiri. Hingga saat ini, P&G memiliki ratusan fasilitator di seluruh perusahaan, di mana mereka terus melatih karyawan tentang bagaimana menanamkan pemikiran inovasi dalam setiap aspek organisasi. 


Untuk menumbuhkan kepercayaan kreatif organisasi Anda, ciptakan budaya inovasi. Gambarlah kekuatan tim multidisiplin, dorong orang-orang di sekitar Anda untuk membangun ide orang lain, dan pimpin dengan cara yang melipatgandakan kemampuan semua orang di organisasi Anda. 


Direktur eksekutif d.school George Kembel, mengatakan satu cara untuk memacu lebih banyak inovasi adalah dengan membina inovator. Dan terakhir, kreativitas adalah milik semua. Kemunculannya tidak hanya dimonopoli oleh para pimpinan level atas, namun bisa muncul melalui level paling bawah sekalipun. 


In a world filled with so much creative potential, it is dangerous to assume that all the good ideas are found at the top. 

 

Saatnya Anda Harus Memulai

 

Creative Confidence


Banyak yang tidak paham dari mana harus memulai inovasi. Kami sudah mengulasnya secara detil. Untuk bisa membuat inovasi, diperlukan Creative Confidence. 


Apakah Anda sudah memilikinya?

Bagaimana dengan organisasi Anda?


Jika diri Anda sendiri dan organisasi Anda masih belum menemukannya, kami siap untuk membantu. 


Tidak ada kata terlambat untuk memulai.

Terimakasih jika Anda memberikan komentar di bawah. 

 

Sumber bacaan utama: Creative Confidence by Tom & David A Kelley.

Gambar: slidesgo

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done