Bagaimana Menciptakan Desain Inovasi Berkelanjutan - Teras Academy
News Update
Loading...

8/15/2020

Bagaimana Menciptakan Desain Inovasi Berkelanjutan

 

Desain Inovasi


Sebuah artikel popular di tahun1995 yang berjudul “Disruptive Technologies: Catchingthe Wave” yang ditulis oleh Profesor Clayton M Christensen dan Joseph Bower  dalam jurnal Harvard Business Review (HBR) telah membangunkan mata para eksekutif dan pimpinan institusi dari belahan dunia untuk segera melakukan  inovasi, jika tidak mereka akan tenggelam dalam waktu singkat, seperti kapal Titanic.


Yang menarik sistem birokrasi kita terkenal sangat lambat, tanpa kemajuan berarti. Saat ini - 100 persen saya yakin mereka terlambat membaca prediksi Christensen mulai menyadari akan keluguanya dengan mulai berbenah.


Salah satu perwakilan dari birokrasi kita Dr Muhammad Idris, dari Deputi Bidang Diklat Aparatur Lembaga Administrasi Negara (LAN) mengatakan, saat ini sektor birokrasi menghadapi antangan dan problematika yang cukup berat. Antara lain, peningkatan kualitas pelayanan public, penataan kelembagaan, dan inovasi.


Inovasi menjadi momok sekaligus tantangan bagi institusi bisnis, birokrasi maupun lembaga non profit. Apakah mereka mampun membuat inovasi dan perubahan untuk institusi mereka dalam waktu dekat?.


Everett M Rogers mendifinisikan inovasi sebagai sebuah ide, gagasan, dan praktik yang dilandasi dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok tertentu untuk diaplikasikan atau diadopsi.


Michael Graber, co Founder and Managing Partner Southern Growth Studio, mendefinisikan inovasi sebagai sesuatu yang baru, penciptaan nilai organik dengan menerapkan kreativitas, hubungan mendalam dengan konsumen, pelanggan, dan pemikiran baru.


Organisasi sangat membutuhkan inovasi agar bisa bertahan dan tidak punah dalam pusaran waktu yang terus menggelinding. Perusahaan besar seperti Nokia harus menelan pil pahit karena mengindahkan aspek inovasi dalam industri ponsel. Meskipun pernah merajai, smartphone Nokia tidak bisa diselamatkan.


Inovasi Gagal

 

sumber:pixabay

Ada banyak organisasi, institusi hingga sebuah perusahaan berusaha untuk melakukan sebuah inovasi, namun tidak banyak yang berhasil. Amazone Fire Phone, Nintendo Virtual Boy, Path, Blackberry, Google+, dan Google Glass contoh sederet inovasi yang mengalami kegagalan.


Kenapa Inovasi mengalami kegagalan? Scott Arpajian, CEO Softonic menjelaskan sebagai berikut:

 

1. Insentif yang tidak selaras

Inovasi gagal karena pemimpinya tidak mampu mendorong para anggota tim/staf/karyawannya untuk terus berpikir out of the box. Karena itu Anda harus menghubungkan karir dengan kegiatan inovasi.


2. Kurang persiapan

Inovasi berhenti hanya pada level eksekutif atau pimpinan. Dikarenakan inovasi yang digulirkan kurang mendapat dukungan penuh. Kepemimpinan perlu mengembangkan startegi untuk mendapatkan dukungan kepada semua level dalam tim/organisasi. Dimulai dengan mengkomunikasikan visi-misi sebagai titik dasar melakukan perubahan.


3. Kurang Memahami Pasar

Kesalahpahaman dalam memahami pasar atau user needs menyebabkan inovasi yang telah dibuat mengalami kegaggalan. Memahami pasar dilakukan melalui kegiatan riset hingga berbiaya besar.


Proses pengembangan produk ini harus dijalankan dengan benar. Apakah ide inovasi yang digulirkan benar-benar bisa menjadi solusi? Apakah masalah yang dialami penguna benar-benar yang harus diselesaikan? Apakah data dilapangan mendukung atas pertanyaan-pertanyaan sebelumnya? Dan apakah produk dan layanan yang telah dibuat telah memenuhi tiga hal, Desirable, Feasible, dan Viability?


4. Memprioritaskan Teknologi daripada Solusi

Teknologi memang memainkan peran penting dari inovasi. Namun jangan sampai keberadaanya meniadakan dibalik keberadaan teknologi itu sendiri –yakni sebagai problem solving. Beberapa instansi pemerintah saat ini gencar pelbagai aplikasi digital yang memungkinkan mempermudah masyarakat dalam menjangkau pelayanan.

Pertanyaanya apakah aplikasi-aplikasi tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat di bawah? Siapa yang akan mengoperaiskan aplikasi tersebut? jangan sampai keberadaan teknologi hanya mempercantik program saja.


5 Birokrasi

Sistem birokrasi menjadi salah satu faktor utama dalam membunuh inovasi. Birokrasi yang kaku, lambat, bertingkat-tingkat harus dihindari. Anda harus dapat menciptakan sistem birokrasi yang gesit, persuasif, terbuka, dan memangkas proses yang tidak efisien.

Target Inovasi

Target Inovasi
 

Innovasi tidak hanya menghasilkan yang baru, namun harus bisa menghasilkan produk dan layanan terbaik dengan memenuhi “Three Lenses of Innovation”: Desirable, Feasible, dan Viability. Kriteria ini dipopulerkan oleh perusahaan konsultasi desain global IDEO.


Desirable. Desirable artinya bahwa produk dan layanan Anda sangat dibutuhkan oleh pengguna/masyarakat.


Layanan media sosial Path besutan Dave Morin sangat populer ketika pertama kali diluncurkan. Sayangnya tidak berlangsung lama, pada bulan Oktober 2018 Parth resmi ditutup. Salah satu penyebabnya adalah layanan media sosial Path sangat ekslusif. Masyarakat menginginkan tidak ada batasan dalam menjalin komunikasi. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan instagram di saat yang sama pengguna Path mengalami penurunan.


Feasibility. Feasibility berhubungan dengan kelayakan dan kemampuan dalam mewujudkan produk-layanan. Bagaimana Anda memujudkan? Teknologi dan sistem seperti apa yang Anda gunakan? Siapa saja yang terlibat di dalamnya?


Ada sebuah startup X. Mempunyai cita-cita membuat sebuah produk layanan belanja online. Sayangnya sumber daya (kemampuan) yang mereka miliki sangat terbatas. Meskipun sudah disokong oleh beberapa investor, produk mereka tetap pas-pasan. Bisa ditebak, produk mereka hanya bertahan beberapa tahun saja. Kalah bersaing dengan perusahaan e-commerce yang sudah mapan.


Anda harus bisa membuat alat ukur feasibility yang tepat. Contoh lain, Tesla tidak membangun layanan berbagi mobil atau montor untuk bersaing dengan Uber. Mereka membangun kemampuan inti dan kekuatan bisnis mereka untuk merancang mobil otonom (tanpa driver). 


Dalam dunia bisnis memang berat. Mungkin akan berbeda dengan dunia birokrasi atau sosial. Karena kedua lapangan tersbut tidak menuntut persaingan. 


Viability. Produk dan layanan yang Anda buat bisa profitable, mendukung keberlangsungan operasional perusahaan/organisasi sekaligus membuat pengguna nyaman ketika menggunakannya.


Kemacetan Propinsi DKI sudah menjadi makanan setiap hari warga Jakarta. Anies Baswedan berusaha dengan sekuat tenaga untuk bis amemecahkan problem ini. Salah satu upaya dia diantaranya adalah mengintegrasikan transportasi publik di Jakarta, membranding angkot menjadi mikrotrans, membuat jalur sepeda di beberapa ruas jalan. Goalnya adalah mengurangi kemacetan.


Ketika program dijalankan, perusahaan transportasi milik pemprov mendapatkan keuntungan secara finansial, bagi warga program tersebut dapat meningkatkan kesadaran mereka akan penggunaan transportasi publik serta mereka mendapatkan kenyamanan dan kelancaran ketika berada di jalan. Pengguna Transjakarta meningkat dari 702 ribu per hari menjadi 937 ribu perhari bila dibandingkan dengan tahun lalu (2018).


Kunci Desain Inovasi

 

sumber:pixabay


Dalam mengembangkan inovasi, ada beberapa kunci yang harus Anda pahami agar inovasi yang sedang Anda jalankan berhasil. 


Empati. Memahami kebutuhan pengguna dimulai dari merasakan permasalahan yang mereka hadapi, bagaimana mereka menghadapi masalah tersebut dan keinginan/kebutuhan mereka dalam memecahkan masalah. 


Kolaborasi. Inovasi membutuhkan kerjasama antar tim interdisipliner. Tanpa adanya kolaborasi, akan sulit menghasilkan produk dan layanan inovatif. Seorang perancang produk atau layanan tidak akan bisa merancang sendiri, tanpa bantuan seorang peneliti lapangan atau mereka yang biasa disebut dengan UX reashecer. 


Kreativitas. Inovasi membutuhkan kreativitas individu dan tim. Kreativitas akan muncul jika masing-masing dari mereka mampu membangun Creative Confidence. Kreativitas merupakan salah satu bahan bakar inovasi. 


“That combination of thought and action defines creative confidence: the ability to come up with new ideas and the courage to try them out.”

― Tom Kelley

 

Desain Inovasi

 

Membuat inovasi memerlukan sebuah proses yang disebut dengan perencanaan atau desain. Desain inovasi bukan hanya berbicara  tentang menghasilkan sebuah ide atau produk baru, tetapi juga tentang perubahan yang mengarah pada pertumbuhan. Desain Inovasi secara spesifik menceritakan tentang proses dan tahapan dari inovasi itu sendiri.

Ada banyak sekali desain inovasi. Saya akan menjabar tiga contoh desain inovasi berikut: 


Tendayi Viki, Dan Toma, Esther Gons     

  

Metode Inovasi


Tendayi Viki, Dan Toma dan Esther Gons dalam bukunya yang berjudul The Corporate Startup menjelaskan proses inovasi ke dalam empat tahap, yakni:


Mengadakan Ide. Memproduksi beberapa ide yang kemudian diseleksi dan dikaji bersama. Menguji Ide. Menguji ide ke pasar. Membuktikan apakah pengguna memiliki masalah seperti yang kita duga?apakah solusi yang ditawarkan sesuai dengan penggun?


Mengembangkan Ide. Mengembangkan ide-ide inovatif dengan model bisnis baru.


Memperbaharui Ide. Perusahaan tidak hanya berpegang pada ide-ide yang sudah dihasilkan, namun memantau perkembangan dan mendesain ulang model bisnis mereka.

 

Metode Vijay Kumar

Profesor Vijay Kumar dari IIT Institute of Design menjelaskan proses desain inovasi ke dalam 7 mode atau tahapan:


Mode 1: Memahami Tujuan

Dimulai dari mengamati sebuah perubahan di lingkungan kita, mengumpulkan kejadian-kejadian terkini, perkembangan termutakhir, tren, dan efek dari sebuah perubahan. Semuanya akan membantu Anda dalam emikirkan tujuan awal ke mana kita harus bergerak.


Mode 2: Mengetahui Konteks

Mempelajari konteks –kondisi atau kejadian yang mempengaruhi lingkungan di mana penawaran inovasi kita (produk, jasa dan layanan) tercipta atau bisa tercipta.


Mode 3: Mengenal Masyarakat

Memahami masyarakat sebagai pengguna akhir dan berinteraksi dengan mereka dengan segala hal dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan metode-metode penelitian observasi dan etnografi melalui wawancara atau studi kelompok.


Mode 4: Menyusun Gagasan

Menyusun apa yang telah ditemukan dan dipelajari dari mode-mode sebelumnya. Menyortir, mengelompokkan, mengorganisir dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Dari sana kita akan menemukan sebuah gagasam.


Mode 5: Mengeksplorasi Konsep

Melakukan brainstorming terstruktur untuk mengidentifikasi peluang dan mengeksplorasi konsep-konsep baru. Harus dipastikan bahwa ide-ide yang baru dan berani dihasilkan melalui sesi kolaboratif.


Mode 6: Menyusun Solusi

Membangun rangkaian besar konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dengan menggabungkan mereka untuk membentuk sistem-sistem konsep, bernama “solusi”.


Mode 7: Merealisasikan Penawaran

Setelah solusi-solusi potensial disusun dan prototipe diuji, kemudian dievaluasi untuk kemudian diimplementasi.

 

Design Thinking

 


Desain inovasi yang terakhir adalah Design Thinking. Desain inovasi ini sering digunakan oleh pelbagai institusi, perusahaan startup, dan konsultan desain dalam membuat produk, jasa dan layanan.


Design Thinking merupakan metode problem solving yang berpedoman pada manusia atau pengguna (user). Tahapan popular dalam Design Thinking ada lima, yaitu: Emphatize, Define, Ideation, Prototype, dan test. 


Secara spesifik buku ini akan mengajak Anda memahami metode design thinking dalam mewujudkan inovasi dalam pelbagai kehidupan. Mengapa harus Design Thinking? Tahapan-tahapan design thinking, dan implementasinya akan kami jelaskan dalam bab selanjutnya. 

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done