Implementasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran Penguatan Profil Pelajar Pancasila - Teras Academy
News Update
Loading...

7/31/2022

Implementasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran Penguatan Profil Pelajar Pancasila

 

Pembelajaran Problem Based Learning
Source:slidesgo

Puguh Sudarminto, Editor in Chief Teras Academy.2022

Salah satu komponen penting dalam kurikulum merdeka adalah implementasi Proyek Penguatan Pelajar Pancasila. Proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar.


Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, projek penguatan profil Penguatan Pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaia kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.


Pelaksanaanya dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan dan waktu pelaksanaan. Penguatan projek profil Pancasila diharapkan dapat menjadi sarana bagi guru mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat dan berkarakter serta memiliki karakter: beriman, berkebinekaan global, gotong royong, kreatif, kritis, dan mandiri.


Penguatan projek profil Pancasila dapat diimplementasikan menggunakan berbagai pendekatan, diantaranya: Project Based Learning, Problem Based Learning, atau yang lebih sederhana pendekatan kreatif Design for Change (DfC). 


Dalam artikel ini kami akan memaparkan Implementasi Problem Based Learning dalam pembelajaran Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

 

Memahami Problem Based Learning

Seperti halnya dengan Project Based Learning, pendekatan Problem Based Learning berakar dari teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran yag didasarkan pada “konstruksi mental”, dengan kata lain, siswa belajar memasukan informasi baru bersama dengan apa yang sudah mereka ketahui serta belajar sangat dipengaruhi oleh konteks anak (Sugrah, 2019). Konsep konstruktivisme mempunyai akar historis dengan para psikolog serta pendidik kontemporer, seperti Dewey, Bruner, Vygotsky, dan Piaget.


Konstruktivisme kemudian melahirkan beberapa pendekatan atau metode pembelajaran, diantaranya: Contextual Teaching & Learning (CTL), Project Based Learning, dan Problem Based Learning yang sedang kita bahasa dalam artikel ini.


Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian Barrow dan Tamblyn (1980, Barret, 2005) dan pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanada. Barrow (1980, Barret, 2005) mendefinisikan PBM sebagai “The learning that results from the process of working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem is encountered first in the learning process.” Sementara Rhem (1998) mendefinisikan Problem Based Learning sebagai sebuah pembelajaran yang bermula ketika masalah diperhadapkan pada siswa.


John Dewey berpadangan bahwa sekolah merupakan pendidikn cerminan dari masyarakat yang sangat besar dan ruang kelas adalah laboratorium untuk melakukan penyelidikan dan pemecahan  masalah dalam kehidupa nyata (Ardianti, et.al, 2021). Teori Dewey mendorong pendidik untuk melibatkan peserta didik dalam proyek berorientasi masalah serta membantu peserta didik untuk menyelidiki masalah-masalah sosial disekitar mereka. Gagasan Dewey sangat sejalan dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL).


Taufiq Amir menjelaskan (2009), pembelajaran berbasis masalah memiliki banyak manfaat antara lain: a) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar, b) meningkatkan fokus pada pengetahuan relevan, c) mendorong berpikir, d) membangun keterampilan soft skill, e) membangun kecakapan belajar, f) memotivasi siswa belajar. Lebih dari itu, pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan creativitas, kolaborasi serta empati siswa.


“Empati bisa mengatasi kelaparan dunia dan membuat kita semua menjadi orang yang lebih baik. Tetapi fakta bahwa empati benar-benar membuat kita menjadi orang yang lebih baik, sebagian besar hilang.”  Baruch Sachs.

 

Karakteristik dan Prinsip Problem Based Learning

Menurut Arends (2012) pembelajaran berbasis masalah memiliki lima karakteristik, diantaranya:

  • Masalah yang disajikan berupa permasalahan pada kehidupan dunia nyata sehingga peserta didik dapat memuat pertanyaan terkait masalah serta menemukan solusinya.
  • Pembelajaran memiliki keterkaitan antar disiplin ilmu sehingga peserta dapat menyelesaikan permasalahan dari berbagai sudut pandang atau perspektif ilmu/mata pelajaran.
  • Pembelajaran yang dilakukan bersifat penyelidikan autentik dan sesuai dengan metode ilmiah/teori.
  • Produk yang dihasilkan dapat berupa karya nyata atau peragaan atau sebuah roleplaying.
  • Peserta didik bekerjasama dan saling memberi motivasi terkait masalah yang dipecahkan sehingga dapat mengembangkan keterampilan sosial.

Menambahkan karakteristik di atas, menurut Fathurrohman (2015) dalam Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), peserta didik berfungsi sebagai pusat pembelajaran, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya.

 

Prinsip Pembelajaran

Dalam implementasinya, Problem Based Learning mempunyai beberapa pinsip. Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik. Permasalahan harus sesuai dengan konteks di maan mereka tinggal dan sedang mereka hadapi. Penentuan masalah dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik.


Prinsip-prinsip Problem Based Learning (Sofyan, 2017) yang lain diantaranya:

  • Pembelajaran bersifat student-centered yang aktif.
  • Pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi kelompok kecil dan semua anggota kelompok memberikan kontribusinya secara aktif.
  • Diskusi dipicu oleh masalah yang bersifat integrasi interdisiplin yang didasarkan pada pengalaman/kehidupan nyata.
  • Diskusi secara aktif merangsang mahasiswa untuk menggunakan prior knowledge.
  • Siswa terlatih untuk belajar mandiri dan diharapkan dapat menjadi dasar bagi pembelajaran seumur hidup.
  • Pembelajaran berjalan secara efisien, karena informasi yang dikumpulkan melalui belajar mandiri sesuai dengan apa yang dibutuhkannya (need to know basis).
  • Feedback dapat diberikan sewaktu tutorial, sehingga dapat memacu mahasiswa untuk meningkatkan usaha pembelajarannya;
  • Latihan keterampilan diberikan secara paralel

 

Kriteria Masalah

Karakterristik utama Pembalajaran berbasis masalah terletak pada masalah yang akan dijadikan sebagai dasar atau pokok kajian-pembelajaran. Tidak semua masalah dapat dipakai oleh guru. Menurut Arends (dalam Saputra, 2000), pertanyaan atau masalah haruslah memenuhi kriteria sebaga berikut:


  • Autentik yaitu masalah ahrus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa (konteks)
  • Jelas yaitu masalah dirumuskan dengan jelas dalam arti tidak menimbulkan masalah baru yang akhirnya menyulitkan siswa sendiri
  • Mudah dipahami yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa
  • Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
  • Bermanfaat yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan harus bermanfaat bagi siswa.

 

Tahapan dan Sintaks Problem Based Learning

Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Sintaks pembelajaran berisi langkah-langkah praktis kegiatan guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Ada 5 tahapan utama (Arends, 2012) dalam kegiatan pembelajaran PBL, yaitu 1) peserta didik diorientasikan pada permasalah, 2) peserta didik diorganisasikan untuk belajar, 3) penyelidikan dilakukan secara individu dan berkelompk, 4) menciptakan dan menyajikan suatu produk-karya, dan Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Dari tahapan tersebut di dapat sintaks seperti gambar di bawah ini.


Kemudian Barret (2005) menambahkan agar kegiatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat berjalan dengan maksimal, seorang pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:

 

Sintak Pembelajaran Berbasis Masalah

  1. Harus berpenampilan meyakinan dan antusias
  2. Tidak memberikan penjelasan saat siswa sedang bekerja
  3. Diam saat siswa bekerja
  4. Menyarankan siswa untuk berbicara dengan siswa lain bukan dirinya (guru)
  5. Meyakinkan siswa untuk menyepakati terlebih dahulu tentang pemahanan terhadap permasalahan kelompok sebelum mereka bekerja (termasuk bekerja mandiri)
  6. Selalu mengingatkan hasil atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
  7. Mengkondisikan lingkungan atau suasana belajar yang baik untuk kegiatan kelompok
  8. Menjadikan diri sendiri atau tampil sesuai dengan gaya sendiri dan tidak menampilkan sikap di luar kebiasaan dirinya.

 

Evaluasi Pembelajaran Problem Based Learning

Bentuk penilaian seperti apakah yang dapat diimplementasikan oleh pendidik ketika menerapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)?.


National Research Council (NRC) memberikan tiga prinsip berkaitan dengan penilaian dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBM), yaitu konten, proses pembelajaran, dan kesamaan (Lidinillah, 2012). Pertama, Konten, penilaian harus bisa merefleksikan apa yang snagat penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa.  Kedua, proses pembelajaran. Penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa untuk belajar. Dan ketiga, kesamaan, Penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan ssiwa belajar.


Dari prinsip di atas, penialian autentik sangat cocok diterapkan dalam PBL. Menurut Abidin (2014), merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai masukan (input), proses, dan keluaran (output) dari semua aspek pembelajaran. Penilaian autentik disebut juga dengan penilaian kinerja, yang tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja, namun juga kecakapan (skill), dan sikap (attitude).


 Implemetasi dalam Kurikulum Merdeka

Pembelajaran Problem Based Learning (PrBL) dapat dimplementasikan pada Kurikulum Merdeka, khususnya dalam pembelajaran Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sebelum mengimplementasikan, pahami dahulu Panduan Profil Pancasila. (Unduh disini).


Salah satu karakter pembelajaran Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran berbasis proyek. Saya telah membuat modul yang bisa Anda gunakan sebagai salah satu referensi. (Unduh disini).


Dalam modul tersbeut saya masukan unsur Human Centered Design (HCD) untuk memperkaya sekaligus agar pendekatan pembelajaran Problem Based Learning lebih powrfull.

 

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done