Konsep Pendidikan John Dewey - Teras Academy
News Update
Loading...

9/03/2022

Konsep Pendidikan John Dewey

 


Kota Burlington merupakan kota terpadat di Vermont, dan pusat Chittenden County. Secara spesifik, kota ini terletak 45 mil (72 km) selatan perbatasan Kanada-Amerika Serikat, serta 153 KM selatan Montreal. Burlington merupakan rumah bagi perguruan tinggi kecil, University of Vermont (UVM).

 

Kelahiran dan Karir Dewey

 

Burlington sekaligus rumah bagi filsuf dan pendidik besar zamannya, John Dewey. Dewey dikenal dengan konsep pemikirannya tetang pragmatisme, relativisme, dan active learning. Dewey lahir pada 20 Oktober 1859, dari keluarga sederhana. Ia mengenyam pendidikan di Universitas Vermont, dan belajar dengan Henry Augustus Pearson Torrey.

 

Setelah lulus Dewey bekerja sebagai guru sekolah menengah di Iol City, Pennsylvania, dan di kota Charlotte, Vermont. Ia kemudian mengejar gelar Ph.D di Universitas Johns Hopkins. Di sana ia belajar dengan George Sylvester Morris, Charles Sanders Peirce, dan G Stanley Hall. Hall merupakan seorang perintis llmu psikologi dan pendidik Amerika Serikat yang memfokuskan pada perkembangan rentang hidup manusia dan teori evolusi.

 

Pada tahun 1884, ia mengajar di Universitas Michigan. Sepuluh tahun kemudian bergabung dengan Universitas Chicago yang baru didirikan. Di sana ia mengembangkan keyakinanya pada empirisme rasional, yang terkait dengan filsafat Pragmatis.

 

Selama di Universitas Chicago, Dewey menghasilkan beberapa esai yang kemudian dikumpulkan menjadi satu dengan judul Thought and its Subject-Matter, oleh rekan-rekannya diterbitkan dengan judul Studies in Logical Theory (1904). Esai tersebut berisi topik logika, berpikir dan penghakiman. Karya besarnya dalam dunia pendidikan yang pertama adalah, The School and Society (1899).

 

Pada tahun 1899, Dewey terpilih menjadi Presiden American Psychological Association (APA). Bersama dengan sejarawan Charles A Bread, james harvey Robinson, da Ekonom Thorstein Veblen, Dewey mendirikan The New School, sebah universitas riset swasta di New York dengan misi serta mendedikasikan menciptakan kebebasan akademik dan penelitian intelektual, serta rumah bagi para pemikir progresif. Dewey telah menerbitkan lebih dari 700 artikel di 140 jurnal, serta 40 buku.

 

Pendidikan Progresif

 

Dalam bukunya yang berjudul, The School and Society (1899), Dewey mengusulkan kerangka psikologis, sosial, dan politik untuk pendidikan progresif, termasuk eksperimen praktis kolaboratif sebagai elemen pekerjaan sekolah. Dia berpendapat bahwa pendekatan progresif adalah produk yang tak terelakkan dari revolusi Industri.

 

Bagi Dewy, pendidikan tidak bisa terpisahkan dari seluruh evolusi sosial. Sekoalh harus menjadi habitat anak baru, tempat ia belajar melalui kehidupa yang terarah. Ia menyarankan pentingnya “pelatihan manual”, yang mencakup pengerjaan kayu dan logam serta pekerjaan rumah tangga, seperti memasak. Dewey menceritakan sebuah kisah panjang anak-anak yang terlibat aktivitas menjahit di sekolah laboratoriumnya (Universitas Chicago). Untuk melakukan pekerjaan serat, mereka harus membuat bahan mentah dari kapas wol. Dengan melakukan pekerjaan tersebut, mereka belajar banyak pelajaran; sejarah, geografi, teknik, dan sains.

 

“Saya tidak perlu berbicara tentang sains yang terlibat –studi tentang serat, fitur geografis, kondisi di mana bahan mentah ditanam, pusat manufaktur dan distribusi besar, fisika yang terlibat dalam mesin produksi, atau sekali lagi, dari sisi sejarah –pengaruh penemuan-penemuan ini terhadap umat manusia. Anda dapat memsatkan sejarah seluruh manusia ke dalam evolusi serat rami, kaaps, dan wol menjadi pakaian.” John Dewey

 

Masih dalam bukunya tersebut, Dewey mengusulkan kurikulum yang berpusat pada siswa. Pembelajaran otentik dihargai, dan harus dipusatkan pada minat alami anak-anak: keinginan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain, membangun sesuatu, bertanya, dan mengekspresikan diri secara artistik.

 

Dewey bercerita tentang bias fisik kelas. Meja siswa kecil penuh sesak Mereka memiliki ruang untuk menyimpan buku, ruang belajar, tetapi tidak ada ruang untuk berkreasi. Alih-alih menjadi ruang untuk bekerja; ruang kelas dirancang sebagai tempat untuk mendengarkan dan membaca. Kondisi ini menyebabkan anak-anak menjadi pasif dan mekanis.

 

“Sikap pasif dan mekanis masa anak-anak disebabkan oleh kurikulum dan metode yang kaku, yang masih berakar pada “konsepsi pembelajaran pertengahan”. John Dewey

 

Proses Sosial dan Interaktif

 

Dewey berpendapat bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah proses sosial interaktif. Jadi sekolah adalah lembaga sosial yang dapat melakukan reformasi sosial. Baginya, siswa dapat berkembang dalam lingkungan di mana mereka diizinkan untuk mengalami dan berinteraksi dengan kurikulum, dan semua siswa harus memiliki kesempatan untuk mengambil bagian dalam pembelajaran mereka sendiri.

 

Dewey menegaskan pentingnya pendidikan tidak hanya sebagai tempat untk mendapatkan pengetahan konten, tetapi juga sebagai tempat untuk belajar bagaimana hidup. Tujuan pendidikan seharusnya tidakberorientasi pada perolehan seperangkat keterampilan yang telah ditentukan sebelumnya, melainkan realisasi potensi penuh seseorang dan kemampuan untuk menggunakan keterampilan itu untuk sebuah tujuan yang lebih besar.

 

Konsep pendidikan progresif Dewey menciptakan konsep Experiental Learning serta melahirkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Project Based Learning) –metode yang digunaka secara luas dalam pendidikan, menggabungkan ide-ide Dewey yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penyelidikan aktif.

 

Pengetahuan dan Keahlian Guru

 

Dewey percaya bahwa guru kelas yang sukses memiliki hasrat terhadap pengetahuan dan keingintahuan intelektual dalam materi dan metode yang mereka ajarkan. Menurut dia, kecenderungan tersebut adalah rasa ingin tahu yang melekat dan kecintaan untuk belajar yang berbeda dari kemampuan seseorang untuk memperoleh melafalkan, dan mereproduksi pengetahuan buku teks.

 

Bukan berarti guru harus menjadi sarjana kelas atas dalam semua mata pelajaran. Melainkan seorang guru hars memiliki cinta dan bakat yang tidak biasa terhadap mata pelajaran yang ia ajarkan. Untuk itu seorang guru harus mempunyai keinginan untuk selalu belajar (pembelajaran seumur hidup), dan mempunyai cita-cita untuk berbagi apa yang dia ketahui dengan orang lain di komunitas belajarnya.

 

“Ada sarjana yang memiliki pengetahuan dalam gelar yang ditandai tetapi kurang antsias untuk menyampaikannya. Bagi guru yang ‘lahir alami’, pembelajaran tidak lengkap jika tidak dibagikan”. John Dewey.

 

Ketika berbicara tentang kualitas guru, menurut Dewey, guru berkualitas terbaik jika guru memiliki kemampuan untuk mengamati dan menanggapi gerakan pikiran dengan kesadaran yang tajam akan tanda-tanda dan kualitas tanggapan yang ditunjukkan siswanya terhadap materi pelajaran yang disajikan.

 

“Saya sering ditanya bagaimana guru yang tidak pernah mempelajari sei mengajar masih menjadi guru yang luar biasa baik. Penelasan sederhana. Mereka memilki simpati yang cepat, pasti dan tak kenal lelah dengan operasi dan proses pembelajaran. Pikiran mereka sendiri bergerak selaras dengan pikiran orang lain, menghargai kesulitan mereka, memasuki masalah mereka, berbagi kemenangan intelektual mereka”. John Dewey.


Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done