Kota
Burlington merupakan kota terpadat di Vermont, dan pusat Chittenden County.
Secara spesifik, kota ini terletak 45 mil (72 km) selatan perbatasan
Kanada-Amerika Serikat, serta 153 KM selatan Montreal. Burlington merupakan
rumah bagi perguruan tinggi kecil, University of Vermont (UVM).
Kelahiran dan Karir
Dewey
Burlington
sekaligus rumah bagi filsuf dan pendidik besar zamannya, John Dewey. Dewey
dikenal dengan konsep pemikirannya tetang pragmatisme, relativisme, dan active learning. Dewey lahir pada 20
Oktober 1859, dari keluarga sederhana. Ia mengenyam pendidikan di Universitas
Vermont, dan belajar dengan Henry Augustus Pearson Torrey.
Setelah
lulus Dewey bekerja sebagai guru sekolah menengah di Iol City, Pennsylvania,
dan di kota Charlotte, Vermont. Ia kemudian mengejar gelar Ph.D di Universitas
Johns Hopkins. Di sana ia belajar dengan George Sylvester Morris, Charles
Sanders Peirce, dan G Stanley Hall. Hall merupakan seorang perintis llmu
psikologi dan pendidik Amerika Serikat yang memfokuskan pada perkembangan
rentang hidup manusia dan teori evolusi.
Pada
tahun 1884, ia mengajar di Universitas Michigan. Sepuluh tahun kemudian
bergabung dengan Universitas Chicago yang baru didirikan. Di sana ia
mengembangkan keyakinanya pada empirisme rasional, yang terkait dengan filsafat
Pragmatis.
Selama
di Universitas Chicago, Dewey menghasilkan beberapa esai yang kemudian
dikumpulkan menjadi satu dengan judul Thought
and its Subject-Matter, oleh rekan-rekannya diterbitkan dengan judul Studies in Logical Theory (1904). Esai
tersebut berisi topik logika, berpikir dan penghakiman. Karya besarnya dalam
dunia pendidikan yang pertama adalah, The
School and Society (1899).
Pada
tahun 1899, Dewey terpilih menjadi Presiden
American Psychological Association (APA). Bersama dengan sejarawan Charles
A Bread, james harvey Robinson, da Ekonom Thorstein Veblen, Dewey mendirikan
The New School, sebah universitas riset swasta di New York dengan misi serta
mendedikasikan menciptakan kebebasan akademik dan penelitian intelektual, serta
rumah bagi para pemikir progresif. Dewey telah menerbitkan lebih dari 700
artikel di 140 jurnal, serta 40 buku.
Pendidikan Progresif
Dalam
bukunya yang berjudul, The School and
Society (1899), Dewey mengusulkan kerangka psikologis, sosial, dan politik
untuk pendidikan progresif, termasuk eksperimen praktis kolaboratif sebagai
elemen pekerjaan sekolah. Dia berpendapat bahwa pendekatan progresif adalah
produk yang tak terelakkan dari revolusi Industri.
Bagi
Dewy, pendidikan tidak bisa terpisahkan dari seluruh evolusi sosial. Sekoalh
harus menjadi habitat anak baru, tempat ia belajar melalui kehidupa yang
terarah. Ia menyarankan pentingnya “pelatihan manual”, yang mencakup pengerjaan
kayu dan logam serta pekerjaan rumah tangga, seperti memasak. Dewey
menceritakan sebuah kisah panjang anak-anak yang terlibat aktivitas menjahit di
sekolah laboratoriumnya (Universitas Chicago). Untuk melakukan pekerjaan serat,
mereka harus membuat bahan mentah dari kapas wol. Dengan melakukan pekerjaan
tersebut, mereka belajar banyak pelajaran; sejarah, geografi, teknik, dan
sains.
“Saya tidak perlu berbicara tentang sains yang terlibat –studi tentang serat, fitur geografis, kondisi di mana bahan mentah ditanam, pusat manufaktur dan distribusi besar, fisika yang terlibat dalam mesin produksi, atau sekali lagi, dari sisi sejarah –pengaruh penemuan-penemuan ini terhadap umat manusia. Anda dapat memsatkan sejarah seluruh manusia ke dalam evolusi serat rami, kaaps, dan wol menjadi pakaian.” John Dewey
Masih
dalam bukunya tersebut, Dewey mengusulkan kurikulum yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran otentik dihargai, dan harus dipusatkan pada minat alami anak-anak:
keinginan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain, membangun sesuatu,
bertanya, dan mengekspresikan diri secara artistik.
Dewey
bercerita tentang bias fisik kelas. Meja siswa kecil penuh sesak Mereka memiliki
ruang untuk menyimpan buku, ruang belajar, tetapi tidak ada ruang untuk
berkreasi. Alih-alih menjadi ruang untuk bekerja; ruang kelas dirancang sebagai
tempat untuk mendengarkan dan membaca. Kondisi ini menyebabkan anak-anak
menjadi pasif dan mekanis.
“Sikap pasif dan mekanis masa anak-anak disebabkan oleh kurikulum dan metode yang kaku, yang masih berakar pada “konsepsi pembelajaran pertengahan”. John Dewey
Proses Sosial dan
Interaktif
Dewey
berpendapat bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah proses sosial interaktif.
Jadi sekolah adalah lembaga sosial yang dapat melakukan reformasi sosial.
Baginya, siswa dapat berkembang dalam lingkungan di mana mereka diizinkan untuk
mengalami dan berinteraksi dengan kurikulum, dan semua siswa harus memiliki
kesempatan untuk mengambil bagian dalam pembelajaran mereka sendiri.
Dewey
menegaskan pentingnya pendidikan tidak hanya sebagai tempat untk mendapatkan
pengetahan konten, tetapi juga sebagai tempat untuk belajar bagaimana hidup. Tujuan
pendidikan seharusnya tidakberorientasi pada perolehan seperangkat keterampilan
yang telah ditentukan sebelumnya, melainkan realisasi potensi penuh seseorang
dan kemampuan untuk menggunakan keterampilan itu untuk sebuah tujuan yang lebih
besar.
Konsep
pendidikan progresif Dewey menciptakan konsep Experiental Learning serta
melahirkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Project Based Learning) –metode yang digunaka secara luas dalam
pendidikan, menggabungkan ide-ide Dewey yang berkaitan dengan pembelajaran
melalui penyelidikan aktif.
Pengetahuan dan
Keahlian Guru
Dewey
percaya bahwa guru kelas yang sukses memiliki hasrat terhadap pengetahuan dan
keingintahuan intelektual dalam materi dan metode yang mereka ajarkan. Menurut
dia, kecenderungan tersebut adalah rasa ingin tahu yang melekat dan kecintaan
untuk belajar yang berbeda dari kemampuan seseorang untuk memperoleh
melafalkan, dan mereproduksi pengetahuan buku teks.
Bukan
berarti guru harus menjadi sarjana kelas atas dalam semua mata pelajaran. Melainkan
seorang guru hars memiliki cinta dan bakat yang tidak biasa terhadap mata
pelajaran yang ia ajarkan. Untuk itu seorang guru harus mempunyai keinginan
untuk selalu belajar (pembelajaran seumur hidup), dan mempunyai cita-cita untuk
berbagi apa yang dia ketahui dengan orang lain di komunitas belajarnya.
“Ada sarjana yang memiliki pengetahuan dalam gelar yang ditandai tetapi kurang antsias untuk menyampaikannya. Bagi guru yang ‘lahir alami’, pembelajaran tidak lengkap jika tidak dibagikan”. John Dewey.
Ketika
berbicara tentang kualitas guru, menurut Dewey, guru berkualitas terbaik jika
guru memiliki kemampuan untuk mengamati dan menanggapi gerakan pikiran dengan
kesadaran yang tajam akan tanda-tanda dan kualitas tanggapan yang ditunjukkan
siswanya terhadap materi pelajaran yang disajikan.
“Saya sering ditanya bagaimana guru yang tidak pernah mempelajari sei mengajar masih menjadi guru yang luar biasa baik. Penelasan sederhana. Mereka memilki simpati yang cepat, pasti dan tak kenal lelah dengan operasi dan proses pembelajaran. Pikiran mereka sendiri bergerak selaras dengan pikiran orang lain, menghargai kesulitan mereka, memasuki masalah mereka, berbagi kemenangan intelektual mereka”. John Dewey.