source: gelbkommunikation.dk |
Pernahkan Anda molor dalam
menyelesaikan sebuah pekerjaan? Pasti jawabnya sering ^_^. Inginnya sih
bulan ini bisa menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), namun
juga tidak kelar-kelar. Baru On Fire, ketika deadline berada di
depan mata. Keburu Laporannya akan dipakai untuk kenaikan jenjang katanya.
Akhirnya selesai juga, itupun menggunaan “Power of Kepepet”.
Kalau kita telusuri, teryata
budaya menggunakan “The Power of Kepepet”, berawal ketika menjadi mahasiswa.
Sudah terlalu seringnya sang mahasiswa menyelesaikan banyak sekali tugas kampus
menjelang deadline akhirnya menjadi sebuah budaya yang akan terbawa ketika
sudah lulus, bahkan ketika sudah memasuki dunia kerja ^_^.
Meskipun budaya ini angat
“buruk”, namun “The Power of Kepepet”, seringkali membantu otak kita menjadi
encer saat stuasi kita terdesak. Mengapa Ya?
01#.
Produksi Hormon Andrenalin Meningkat
Ketika pekerjaan Anda molor,
hingga menjelang deadline seketika itu hormon andrenalin Anda tinggi, sehingga
kerja otak semakin cepat.
02#.
Kemungkinan Terburuk
Otak Anda kan membayangkan
kemungkinan terburuk jika Anda tidak bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan. Jika
laporan PTK tidak selesai, pasti proses kenaikan jenjang Anda juga akan
tertunda. Sehingga ada paksaan dari dalam untuk segera melakukan sesuatu
03#.
Waktu terbatas
Deadline membuat waktu sangat
terbatas membuat motivasi muncul 2x lipat untuk bisa menemukan jalan keluar
menyelesaikan pekerjaan.
04#.
Menjadi Kebiasaan
Seringkali menggunakan “The
Power of Kepepet”, karena sudah menjadi kebiaan untuk menunda-nunda pekerjaan.
Agar
Tidak Membudaya
“The Power of Kepepet” memang mempunyai sisi positif, namun jangan berharap menggunakan mode ini, karena akan membuat managemen pekerjaan Anda menjadi berantakan. Tidak masalah menggunakan mode “The Power of Kepepet” untuk satu atau dua pekerjaan, akan menjadi masalah jika Anda menggunakan mode tersebut untuk semua pekerjaan.
Kuncinya adalah di manajemen
waktu atau manajemen tugas. Buatlah perencanaan bulanan menggunakan Google Calendar yang kemudian diturunkan
menjadi To do List pekanan atau harian menggunakan Microsoft to do atau Google Keep.
Dan yang terakhir, singkirkan
distraksi yang mengganggu pekerjaan Anda. Kunci dari ini adalah melakukan
“skip” atau berkata “tidak”. Menurut Raisa Kamila, berani mengatakan “tidak”
menjadi amat penting dalam menyelesaikan sebuah problem, jika tdak bisa, maka
akan menjadi toxic.