Sumber:sigmund, unplush |
Di tahun 2017, kita pernah disuguhkan
sebuah film berjudul “Gifted”. Film ini mengisahkan seorang gadis bernama Mary
Adler yang berusia tujuh tahun yang menunjukkan tanda-tanda mempunyai kelebihan
luar biasa dalam bidang akademk, terutama matematika. Mary dibesarkan oleh
pamannya Frank setelah ibunya melakukan bunuh diri. Neneknya melihat bakat
Mary, serta mendorong bakat yang dimiliki olehnya untuk tujuan hidupnya.
Film “Gifted” mengisakan Mary seorag
anak yang berbakat atau dalam dunia akademik disebut dengan Gifted. Fil tersebut mendorong banyak
akademisi, guru, dan orang tua membicarakan lagi keberbakatan –hingga saat ini
keberbakatan masih menjadi tren dalam dunia pendidikan.
Bagaimana persepsi masyarakat tentang
anak berbakat?. Siapakah anak berbakat itu? Kita akan mendapatkan berbagai
macam jawaban; mulai dari anak istimewa, anak cerdas, anak pandai, anak bertalenta,
dan sebagainya. Terlalu sederhana mendiskripsikan keberbaatan dengan jawaban di
atas.
Yang harus diketahui terlebih dahulu
bahwa Anak berbakat merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus.
Berkebutuhan khusus dalam artian, mereka adalah anak-anak yang memerlukan
penangan khusus, baik dalam layanan pendidikan maupun kebutuhan sehari-hari
mereka.
Anak berbakat atau gifted child, merupakan anak yang memiliki kecerdasan yang melebihi
kecerdasan anak-anak normal.
Belum cukup sampai disitu. Menurut pakar
pendidikan dari Amerika Renzulli, gifted
child merujuk pada anak yang memiliki kecerdasan tinggi, mempunyai
kreativitas, dan komitmen kerja juga tinggi.
“Selain kata 'berbakat', berbagai istilah lain telah digunakan untuk menggambarkan individu yang lebih unggul dalam beberapa hal: "berbakat, kreatif, jenius, dan dewasa sebelum waktunya, misalnya". Daniel P Hallahan – James M Kauffman
Sedangkan JF Monks, ahli psikolog anak
berbakat Belanda sekaligus mantan Direktur
European Council for High Ability menjelaskan bahwa faktor intelegensia
adalah faktor stabil. Artinya faktor intelegensia sulit dipengaruhi dari luar
karena merupakan faktor bawaan (genetik). Sementara kreativitas dan motivasi
merupakan faktor yang dapat dipengaruhi dari luar.
Jadi menurut Renzulli, anak dapat
dikatakan berbakat jika ia mempunyai: inteligensia yang tinggi di atas
rata-rata (IQ>130); Kreativitas tinggi; motivasi dan komitmen terhadap
tugas/kerja yang tinggi. Monks menambahkan potensi tersebut tidak akan terwujud
jika tidak ada dukungan dari keluarga, sekolah dan lingkungan. Pendapat
keberbakatan kedua tokoh ini dikenal dengan ringkasan Triadik Renzulli-Monks.
Selain anak berbakat, kita juga mengenal
istilah anak bertalenta. Kriteria anak bertalenta jika ia mempunyai kemampuan
yang luar biasa dalam satu bidang saja. Ada juga istilah anak cerdas (bright children). Meskipun memiliki IQ
yang sama-sama tinggi, namun anak cerdas memiliki faktor kemampua analisis,
abstraksi, dan kreativitas berbeda, yang tidak seluar biasa anak berbakat.
Identifikasi Anak Berbakat
Renzuli telah menciptakan Metode The SchoolWide Enrichment Model (SEM)
yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi keberbakatan. Ada enam langkah,
yaknik: Pertama, penjaringan
berdasarkan skor tes. Skor tes yang dimaksud biasanya suatu tes inteligensi
atau tes hasil belajar atau tes bakat tunggal, yang memberi peluang pada
seseorang yang baik dalam bidang tertentu, tetapi mungkin tidak baik dalam
bidang yang lain. Penjaringan bertujuan untuk menjangkau lebih dari 15% populasi.
Semua anak yang skornya di atas persentil ke 85 akan terjaring melalui tes
inteligensi yang telah terstandardisasikan. Untuk memberi peluang pada kelompok
yang lebih luas, kemudian membagi “pool” keberbakatan menjadi dua bagian dan
semua siswa yang skornya di atas persentil ke 92 (menurut norma lokal) pada
umumnya sudah otomatis termasuk “pool” tersebut, dan biasanya terdiri dari 50 %
jumlah populasi sampel.
Kedua, nominasi
guru. Dalam nominasi ini digunakan skala penilaian (rating scale) untuk
memperoleh gambaran tentang profil kemampuan anak. Langkah ketiga adalah cara
alternatif lain, yang bisa merupakan nominasi teman sebaya, nominasi orang tua
atau nominasi diri, maupun tes kreativitas. Pada tahap ini harus dibentuk tim
atau panitia.
Langkah
keempat, nominasi khusus yang merupakan review terakhir dari mereka yang
sebelumnya tak terlibat dalam nominasi-nominasi tersebut. Mereka memperoleh
seluruh daftar nominasi hasil langkah kesatu sampai langkah ketiga dan boleh
menambah nominasi orang lain, bahkan juga boleh mengusulkan untuk membatalkan
nominasi tertentu berdasarkan pengalaman tertentu dengan anak tertentu.
Langkah
kelima, adalah nominasi informasi tindakan, proses ini terjadi bila guru
setelah memperoleh penddikan atau pelatihan dalam pendidikan anak berbakat. Dan keenam, penjaringan melalui non tes.
Anak-anak berbakat sekolah di sekolah
reguler. Model pembelajaran umum yang diberikan kepada mereka adalah: pengayaan
(enrichment), dan percepatan (acceleration).