source:eiuperspectives.economist.com/ |
Saat ini kita
telah memasuki abad ke 21 yang ditandai dengan era keterbukaan serta terjadinya
banyak perubahan dalam setiap tatanan kehidupan. Abad ke-21 disebut juga dengan
abad pengetahuan (Knowledge Age) yang
menuntut adanya terobosan pemikiran (breakhrough
thinking process).
Tanda-tanda paling
mencolok pada abad 21 adalah:
1. Perkembangnya
teknologi informasi yang sangat pesat serta perkembangan otomasi dimana banyak
pekerjaan rutin tergantikan dengan kehadiran sistem artificial intelligence (AI).
2. Informasi yang tersedia
dapat diakses dimana saja dan kapan saja
3. Komunikasi yang
terhubung dengan mudah tanpa adanya sekat serta tapal batas
Apa yang harus
dilakukan dalam menghadapi Abad KE-21?. Menurut Trilling and Hood (1999:3),
perubahan dibutuhkan untuk mempersiapkan agar dapat hidup dan bekerja dalam
masa pengetahuan (knowledge age)
terutama dalam dunia pendidikan.
Para pakar
menyiapkan abad ini dengan menciptakan konsep yang kita kenal dengan gerakan 21st Century Learning yang berkembang
dengan memfokuskan pada keterampilan yang diperlukan bagi siswa dan harus
dikuasai sebagai persiapan dalam menghadapi masyarakat digital. Keterampilan
abad 21 banyak terkait dengan pembelajaran yang lebih dalam, yang didasarkan
pada penguasaan keterampilan seperti penalaran analitik, pemecahan masalah yang
kompleks, dan kerja sama tim (kolaborasi).
“Teknologi memberi kita manusia kemungkinan untuk berkolaborasi dengan cara belum pernah terjadi sebelumnya, untuk berpikir dan menghasilkan hal-hal yang tidak daat dihasilkan oleh siapapun secara individual” Fernando Reimers, Profesor Pendidikan Internasional Harvard Graduate School of Education (HGSE)
Berdasarkan 21st Century Partnership Learning Framework,
BNSP Kemdikbud menjabarkan beberapa kompetensi atau keahlian yang harus
dimiliki oleh seseorang dalam abad keXXI, yaitu:
1.
Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving)
2.
Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama (Communication and Collaboration)
3.
Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem Solving
Skills)
4.
Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skill)
5.
Kemampuan mencipta dan memperbaharui (Creativity and Innovation Skills)
6.
Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communicatios Technology
Literacy)
7. Kemampuan belajar
kontekstual (Contextal Learning Skills)
8. Kemampuan informasi dan literasi media (Informarmation and Media Literacy)
Dari kriteria di
atas, maka pemerintah juga merumuskan stragei pencapaian pembelajaran abad 21
diantaranya adalah:
Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi merupakan salah satu penyebab dan pemicu perubahan
dunia pendidikan. Karena itu semua eleman pendidikan harus bisa memanfaatkan
pelbagai teknologi untuk menopang pendidikan.
Peran startegi guru/pendidik dan siswa
Ilmu pengetahuan
saat ini bisa degan mudah diakses melalui berbagai pusat pembelajaran dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Maka peran guru dan peserta
didik pun berubah. Proses mencari ilmu tidak hanya berada dalam batasan
dinding-dinding kelas semata. Guru akan lebih berfungsi sebagai
fasilitator/coach dan mendampingi para siswa yang sedang belajar.
Metode Belajar Mengajar Kreatif
Setiap individu
unik dan beragam, karena itu metode belajar menajar pun harus memperhatikan
keberagaman “learning style” dari masing-masing individu. Model pembelajaran
yang menekankan pada keberagaman perlu dikembangkan, seperti PBL (Problem Based Learning), PLP (Personal
Learning Plans), dan PBA (Performance
Based Assesment). Disamping juga perlu penekanan pada pembejaran berbasis
kerjasama (Cooperative Learning)
Materi Ajar yang Kontekstual
Materi ajar harus
mengalami penyesuaian dari berbasis konten menjadi berorietasi konteks,
pendekatan yang semula berorientasi diseminasi materi dari sebuah mata ajar
menjadi pemahaman sebuah fenomena agar siswa bisa lebih mudah menggambarkan
kejadian yang nyata (faktual) dibandingkan dengan membayangkan sesuatu bersifat
abstrak.
Struktur Kurikulum Mandiri berbasis Individu
Kurikulum harus didesain berbasis individu. Untuk bisa mewujudkannya, amak institusi harus bisa memastikan kesiapan fasilitas dan sarana prasarana, kematangan peserta ajar, manajemen institusi handal, konten pengetahuan yang lengkap, dan sebagainya.
Tugas besar yang
harus diemban oleh institusi pendidikan, atau sekolah dalam menghadapi abad 21 cukup
besar. Dengan tujuan menghasilkan peserta didik yang mempunyai daya unggul dengan
kriteria 4C: Creativity, Critical
Thinking, Communication, & Collaboration Sekolah harus menyiapkan strategi
khusus, salah satunya adalah: go digital
Iya Sekolah Go
Digital merupakan jawaban dari tantangan dalam menghadapi abad 21. Google sebuah persahaan teknologi terkemuka
telah menciptakan pelbagai produk hebat yang dapat membantu institusi
pendidikan atau sekolah Go Digital. Produk hebat Google, seperti Google Sites akan
memfasilitasi sekolah dalam membuat sebuah website interaktif, kelas dan
portofolio digital.