Teras Academy: Psikologi
News Update
Loading...
Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Psikologi. Tampilkan semua postingan

2/06/2019

Lima Tahapan Perkembangan Kognisi Menurut Piaget

Lima Tahapan Perkembangan Kognisi Menurut Piaget

Sumber: verywell


Jean Piaget adalah pendidik, ilmuwan dan psikolog Swiss yang dikenal atas teori perkembangan kognitif serta perintis teori konstruktivistik yang popular pada masa ini. Piaget lahir di Perancis 9 Agustus 1896 dan meninggal pada 16 September 1980.

Piaget mengenyam pendidikan di Universitas Neuchatel dan Universitas Zurich Swiss. Ia sempat pergi ke Belles, Perancis untuk mengajar di sebuah sekolah yang dikelola oleh Alfred Binet. Pada tahun 1921, kembali ke Swiss untuk menjabat sebagai direktur Rousseau Institute, Jenewa Swiss.

Piaget dikenal atas pandangannya tentang teori perkmbangan kognitif, dan pandangan epistemologis secara bersama-sama disebut sebagai “epistemologi genetika” atau perkembangan ilmu pengetahuan. Tujuan ilmu ini dibuat untuk meghubungkan validitas pengetahuan dengan model konstruksinya.

Lima tahapan congnitive learning development menurut Piaget terdiri dari:

·     Tahap Pertama, Sensori motoric (0-2 tahun). Bayi mulai membangun pemahaman dunia sekitarnya dengan mengkoordinasikan antara pengalaman indera dengan gerakan sensori motoriknya.

·     Tahap Kedua, Pra -operasional (2-7 tahun). Tahap ini, pemikiran simbolis meningkat, pemikiran operasional belum ada. Aspek centration mulai berkembang, yaitu karakteristik pemikiran memusatkan perhatian pada satu karakteristik namun mengabaikan karakteristik yang lain. Tahap ini belum ada kemampuan menyusun urutan benda dan kemampuan melakukan klasifikasi.

·     Tahap Ketiga, Operasional kongkrit (7-11 tahun). Anak mulai berpikir kongkrit, berpikir secara operasional dan penalaran logis. Anak juga sudah bisa melakukan seriation,yaitu melakukan pengurutan berdasarkan dimemsi kuantitatif. Anak juga bisa melakukan transivity, yaitu kemampuan melakukan kombinasi hubungan-hubungan secara logis untuk memahami kesimpulan tertentu.

·     Tahap Keepmat, Operasional formal (11-15 tahun). Tahap ini, anak seusia remaja sudah mampu berpikir abstrak, logis, dan idealis, dapat menyusun rencana untuk memecahkan masalah secara sistematis dan mengujinya. Piaget menyebutnya dengan hypothetical deductive reasoning yaitu menyusun hipotesis dalam memecahkan masalah dan kemudian mengambil kesimpulan.

Kritik Terhadap Piaget

Beberapa ahli psikologi dan pendidikan mengkritik Piaget, seperti yang dikemukakan oleh Robert Gagne. Menurut Gagne, Piaget mengabaikan pentingnya pemahaman pengetahuan yang didapat seseorang. Keterampilan yang kompleks dapat diperoleh seseorang yang telah memiliki keterampilan sederhana yang telah dipelajari. Menurut Gagne, pengembangan pengetahuan dapat diperoleh dari proses belajar keterampilan secara terus menerus dan tidak terputus. Para pakar yang lain menilai bahwa Piaget mengabaikan peran motivasi, perasaan, perilaku, kecenderungan anak dan pengaruh budaya.

Jean Piaget, tokoh peraih penghargaan dari pelbagai universitas tersebut merupakan salah satu tokoh teori belajar kognitif terkemuka.

9/11/2018

Konsep Belajar dan Pembelajaran

Konsep Belajar dan Pembelajaran

Source: Pexels


“Learning is shown by change in behavior as a result of experience”,kata Cronbach. Artinya, belajar adalah perubahan perilaku hasil dari sebuah pengalaman. Belajar mencakup perubahan (behavior), mendapatkan kecakapan baru, dan perubahan terjadi karena effort (usaha).

Setiap manusia pasti mau dan pernah melakukan aktivitas yang bernama belajar. Dengan belajar, manusia dapat melakukan perubahan seperti yang diucapkan oleh Cronbach.

Dalam artikel Memahami Belajar dan Pembelajaran, guruproduktif.com mencoba menjabarkan wawasan tentang keduanya, yang kemudian kami bagi ke dalam sembilan sub pembahasan, yakni:

Pertama, Definisi Belajae
Kedua, Teori Pokok Belajae
Ketiga, Tujuan belajae
Keempat, Prinsip-prinsip Pembelajarae
Kelima, Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran                                            
Keenam, Proses dan Fase Belajar                                                                              
Ketujuh, Mecanisme  of Change                                                                             
Kedelapan, Ciri khas dan Perwujudan Perilaku Belajar                                                 
Kesembilan, Jenis-jenis belajae
Kesepuluh, Unsur-unsur Belajar
Kesebelas, Prinsip-prinsip Umum Belajar

Bagi seorang guru, orang tua atau trainer, memahami belajar dan pebelajaran sangat diperlukan, karena ini merupakan basic dari ilmu pendidikan. Dengan memahami makna belajar dan pembelajaran, diharapkan para guru dan profesi yang berhubungan dengan edukasi dalam melaksanakan perannya dengan maksimal dan dapat membantu peserta didik dalam merubah perilaku.

Definisi Belajar

Psikolog Henry Clay Lingren mendifinisikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya.

Witherington menjelaskan belajar adalah suatu perubahan di dalam diri kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada aksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian dan suatu pengertian (Purwanto, 2004:84)

Sedangkan pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Gagne (1977) mendefinisikan pemeblajaran sebagai peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal

Kemudian ia menjelaskan pembelajaran yang dimaksud untuk menghasilkan belajarm situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktivkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Teori Pokok Belajar

Muhibbin Syah mendefinisikan teori belajar sebagai prinsip atau sekumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Ada beberapa teori pokok belajar yang akan kami jelaskan di bawah ini:

1.    Koneksionisme

Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang dikembangkan oleh Edward L Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890an dengan menggunakan media hewan. Dalam teori koneksionisme, belajar berhubungan antara stimulus dan respon. Teori ini kemudian dikenal dengan ‘S-R Bond Theory” atau ‘Law of effect”.

Selain itu, Thorndike juga mengemukakan dua hukum lainya, yakni Law rediness (hukum kesiapsiagaa) dan Law of exercise(hokum latihan).

Hukum pertama, Law rediness mengatakan bahwa kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan perantaraan. Unit-unit ini menimbulkan kecenderungan mendorong organisme untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu. Sedangkan hukum Law of exercise (hukum latihan), berpendapat jika perilaku belajar sering dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku akan semakin kuat. Sebaliknya jika tidak sering dilatih, maka akan terlupakan/menurun.

2.   Pembiasaan klasik

Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) dikembangkan berdasarkan eksperimen yang dilakukan Ivan Pavlov (1849-1936). Teori yang dikembangkan oleh Pavlov, dokter sekaligus nobelis Rusia tersebut ingin mengatakan bahwa sebuah prosedur penciptaan reflex baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflex tersebut.
Model Eksperimen Pembiasaan Klasik

Berdasarkan gambar di atas belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Mirip dengan pendapat Thorndike. Jadi apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon perubahan yang kita kehendaki (CR).

3.   Pembiasaan Perilaku Respon

Teori pembiasaan perilaku repon (operant conditioning) merupakan teori belajar yang dikembangkan oleh Burhus Frederic Skinner yang berpendapat bahwa tingkah laku terbentuk dari konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. 

Dalam teori tersebut, “operant” adalah sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan terdekat. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforceradalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainya seperti dalam classical respondet conditioning.

4.   Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif berasal dari pendekatan psikologi kognitif. Teori psikologi kognitif lebih menekankan pada proses internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia yang nampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti: motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain-lain.

Dalam perspepktif psikologi kognitif, belahar adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral(bersifat jasmaniyah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral nampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.

Jadi belajar …

Belajar menurut B F Skinner

Belajar adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya rewards. Ia dikenal dengan cara pandang kaitan belajar dengan stimulus dan respons (s-r).

Belajar menurut Robert M Gagne

Dalam pandangan Gagne, belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-menerus yang bukan saja disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia menurut Gagne, terbagi menjadi lima kategori, yakni: (1) keterampilan motoris, (2) kemampuan verbal, (3) kemampuan intelektual, (4) strategi kognitif, yaitu belajar mengingat dan berpikir, dan (5) sikap.

Belajar menurt Jean Piaget

Piaget memandang belajar sebagai proses asimilasi dan akomodasi dari hasil asosiasi dengan lingkungan dan pengamatan yang tidak sesuai antara informasi baru yang diperoleh dengan informasi yang diketahui sebelumnya. Asimilasi merupakan penyesuaian antara informasi yang didapat dengan informasi sebelumnya. Sedangkan akomodasi adalah menyusun dan membangun kembali atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan.

Tujuan Belajar

Tujuan belajar harus mencakup minimal 3 aspek. Menurut Bloom (Nana Sudjana, 2010), adalah:

  1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar, sintesis, dan evaluasi.
  2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang     meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
  3. Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan dan kemampuan bertindah.


Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Robert Mills Gagne dalam bukunya yang berjudul  Conditioning of Learning menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

7 Prinsip Belajar
Add caption
1.    
          1.Perhatian dan Motivasi (Gaining Attention)
Perhatian mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya perhatian, aktivitas belajar tidak mungkin terjadi. Motivasi merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu (belajar). Motivasi juga erat hubungannya dengan minat. Tanpa adanya minat, motivasi sulit akan muncul. Motivasi ada dua, yakni motivasi internal dan eksternal.

2.Keaktivan
Belajar akan terjadi jika anak atau siswa mengalami sendiri. Menurut filsuf John Dewey, belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri.

3.Keterlibatan Langsung (Eliciting Performance)
 Belajar harus dilakukan sendiri, tidak bisa di wakilkan kepada orang lain. Menurut Edgar Dale, belajar paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam istilah John Dewey, “Learning by doing”. 

4.Pengulangan (Stimulatin Recall)
Menurut Thordike, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar (hasil belajar).

5.Tantangan (Presenting The Stimulus)
Kurt Lewin, Psikolog As-Jerman, menjelaskan bahwa siswa dalam aktivitas belajar berada dalam suatu medan. Di sana siswa menghadapi situasi untuk mencapai sebuah tujuan namun mendapat pelbagai hambatan (dalam mempelajari bahan belajar), kemudian timbul mengatasi hambatan tersebut. Jika siswa berhasil mengatasi hambatan tersebut, maka ia telah berhasil mencapai tujuan belajar.

6.Balikan dan Penguatan (Providing Feedback)
Dari teori belajar Operant Conditioning, BF Skinner dijelaskan bahwa pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut berulang kembali sesuai dengan keinginan. Menurut Skinner lagi, jika respon siswa baik maka harus segera diberi penguatan postif agar respon tersebut bertambah baik atau minimal bertahan.

7.Perbedaan Individual (Assessing Performance)
Proses pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individu. Masing-masing individu pasti mempunyai kemampuan, karakteristik dan gaya belajar yang berbeda-beda.

Faktor-faktor Mempengaruhi Pembelajaran


Faktor eksternal. Faktor eksternal mencakup: hereditas (faktor keturunan), status siswa (lingkungan), dan Lingkungan fisik, terutama desain, kualitas, dan setting ruang belajar. Sangat penting bagi guru untuk mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik.

Tips untuk guru!.

Jadilah guru yang humoris dan luwes, sehingga siswa Anda akan merasa dekat dengan Anda.

Persiapkanlah dengan baik, sebelum mengajar, mulai dari perangkat pembelajaran, hingga media yang Anda punya.

Guru harus bisa menjadi teladan yang baik bagi siswanya sekaligus menjadi orang tua di sekolah.

Buat opening yang menarik. Seperti seorang tukang sulap yang selalu membuat  para penonton nya menerka-nerka apa yang akan pesulap pertontonkan di hadapan mereka.

Setting tempat belajar yang menarik, jika mau out off the box gunakan setting belajar yang berbeda dengan seperti biasanya. Belajar juga tidak harus di dalam kelas.

Hindari mengajar hanya menggunakan verbal. Pakailah media, meskipun sederhana atau manfaatkan media pembelajaran online, seperti youtube, ruang guru, atau adobe spark. Dari media pembelajaran online, adobe spark sangat menarik. Anda bisa mempelajari panduan adobe spark, kemudian wujudkan dalam pembelajaran sehari-hari.

Faktor internal. Faktor internal meliputi: tujuan, minat, motivational behavioral, latihan, perhatian, aptitude (kemampuan alami), sikap, kondisi emosional, kecepatan atau akurasi, pengujian dan bimbingan.
Jika Anda adalah seorang siswa atau pembelajar, bagaimana caranya memperkuat faktor internal? 

Tips sederhana di bawah ini mungkin akan membantu.

  1. Temukan alasan yang kuat mengapa Anda harus mempelajari A, B, atau C
  2. Cari minat dan passion kamu, kemudian pelajari untuk memperkuat keduanya. 
  3. Ada di mana Anda akan mengalami kebosanan. Kondisi ini adalah lumrah. Jika kebosanan
  4. melanda, berhentilah sejenak dan cari kegiatan lain untuk mengusir kebosanan.
  5. Seringlah melakukan latihan-latihan yang terukur. Belajar tanpa praktik kurang maksimal.
  6. Ikutlah kegiatan-kegiatan coaching. Cari mentor yang bisa memberikan kamu coaching.

Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa/guru dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Faktor pendekatan pembelajaran berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran. Karena itu penting bagi guru untuk memilih pendekatan belajar yang tepat bagi siswanya diawali dengan memahami gaya belajar siswa.

Jadi selain faktor internal, eksternal juga ada factor ketiga, pendekatan pembelajaran. Ketiganya harus dilihat secara menyeluruh dalam rangka evaluasi diri dalam proses belajar mengajar.

Proses dan Fase Belajar

Proses merupakan cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Sedangkan fase merupakan tahapan-tahapan.

Fase belajar

Menurut Jerome S Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga fase.

  1. Fase informasi (tahap penerimaan materi)
  2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
  3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi)


Berikut sedikit penjelasannya:

Fase informasi. Dalam fase ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan/informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh ada yang baru, menambah, memperluas atau memperdalam pengetahuan yang sebelumnya di miliki

Fase transformasi. Fase transformasi, informasi yang teah diperoleh dianalisis, diubah, atau di transformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual. Dalam fase ini, siswa harus mendapatkan bimbingan dari guru atau fasilitator.

Fase evaluasi. Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan dapat dicerna dan dimanfaatkan dalam memecahkan masalah dan lain-lain.

      Fase belajar

3 Fase Belajar

Menurut Wittig, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan.
  • Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi) 
  • Storage (tahap penyimpanan informasi) 
  • Retrieval (tahap mendapatkan informasi kembali)

Tahap Acquisition. Siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Dalam tahap ini terjadi asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses ini adalah proses mendasar dan mempengaruhi proses-proses selanjutnya.

Tahap Storage. Siswa otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang telah diperoleh ketika menjalani proses Acquisition. Proses ini melibatkan sensory memory, short term dan long term memory.

Ketiga tipe storage!

Sensory memory. Memori yang mendapat informasi dari lingkungan dalam bentuk semula dalam waktu seketika.

Short term memory. Sistem kapasitas memori yang terbatas, dengan penyimpanan informasi sedikitnya 30 detik tanpa disegarkan kembali dan dapat ditahan lebih lama. 

Long term memory. Tipe memori yang memegang sejumlah informasi dalam waktu lama pada pemakaian yang lebih permanen.

Kebanyakan siswa dengan retardasi mental tidak bisa melakukan long term memori.

Tahap Retrieval. Dalam fase ini, siswa mengaktivkan kembali fungsi-sungsi system memorinya, misalnya dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Fase ini merupakan upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori.

Masih terkait fase belajar, pahami juga hal-hal terkait dengannya, salah satunya tentang mecanisme of change

Mecanisme of Change




Untuk meningkatkan kemampuan memori dan penyelesaian masalah dibutuhkan sumber-sumber kognisi, dua sumber tersebut adalah kapasitas dan kecepatan pemrosesan informasi. 

Dalam Mechanisme of Change, Siegler menjelaskan 3 mekanisme yang saling bekerja sama untuk menciptakan perubahan kemampuan kognisi, ketiganya adalah encoding, automaticity, dan strategy consruction.

Encoding adalah proses memasukan informasi ke dalam memori. Proses ini lazim dalam aktivitas belajar, bisa dilakukan oleh siapapun. Encoding dilakukan dengan memfokuskan perhatian dengan visual, manipulasi fisik, atau menggunakan kata yang memberikan penekanan pada kejadian ataumateri yang dapat meningkatkan dan mengingatkan encoding.

Dalam encoding terdiri dari sejumlah proses: pengulangan (rehearsal), deep processing, elaborasi, konstruksi visual, dan penataan (organitational).

Kami jelaskan di bawah ini.

Pengulangan (rehearsal) adalah pengulangan informasi untuk menyegarkan memori agar dapat lebih bertahan lama. Guru/orang tua mengulang-ngulang pengetahuan kepada siswanya agar pengetahuan yang telah diberikan dapat bertahan lama.

Deep processing adalah proses menghasilkan memori yang dapat bertahan lama dengan proses memori yang terjadi terus menerus dari pemahaman yang dangkal ke lebih dalam. Pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.

Elaborasi adalah perluasan pemrosesan memori dalam encoding yang lebih baik. Salah satu metodenya adalah referensi diri (self-refrence),cara yang efektif untuk mengelaborasi informasi.

Organisasi (Organitational). Satu bentuk penataan informasi adalah chuncking (pengemasan), yakni mengelompokan atau mengepak informasi menjadi unit-unit “higher order” yang mudah di ingat sebagai salah satu unit tunggal.

Automaticity adalah kemampuan memproses informasi dengan sendirinya, tanpa upaya yang kecil. Siswa dengan kemampuan kognisi yang normal akan dengan mudah melewati proses ini.

   Strategy construction adalah startegi yang menciptakan prosedur baru untuk memproses informasi. Strateginya berupa mekanisme perubahan, yaitu proses yang bericirikan self-modification. Murid belajar dengan menggunakan sesuatu yang sudah dipelajari dari keadaan sebelumnya kemudian diadaptasikan ke dalam respon terhadap situasi baru.

    Ciri Khas dan Perwujudan Perilaku Belajar

Diantara ciri-ciri perubahan khas perilaku belajar adalah pertama, adanya perubahan intensional. Siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan.

Kedua, Perubahan positif dan aktif. Maknanya perubahan tersebut merupakan penambahan sesuatu yang baru yang lebih baik (positif). Sedangkan perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan.

Dan ketiga, perubahan efektif dan fungsional. Perubahan efektif yang timbul karena proses belajar yang bersifat efektif, yakni berhasil guna. Sedangkan perubahan bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan dapat direproduksi lagi.

Manifestasi perwujudan perilaku belajar sering nampak dalam perubahan (1) kebiasaan, (2) keterampilan, (3) pengamatan, (4) berpikir asosiatif dan daya ingat, (5) berpikir rasional, (6) sikap, (7) apresiasi, (8) tingkah laku, dan (9) inhibasi.

Jenis-Jenis Belajar

Ada delapan jenis-jenis belajar, diantaranya:

Belajar abstrak. Belajar abstrak menggunakan cara-cara berpikir abstrak, tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah tidak nyata. Contohnya adalah Rendi belajar metafisika.

Belajar Keterampilan. Belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, tujuannya memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Contoh belajar otomotif.

Belajar sosial. Belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut, tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.

Belajar Pemecahan Masalah. Belajar menggunakan metode -metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti, tujuanya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memcahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Contoh belajar teknik inovasi Design Thinking dalam upaya memecahkan masalah sampah di daerah X.

Belajar Rasional. Belajar dengan menggunakan prinsip-prinsip kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Contoh, dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, guru menanyakan mengapa si A yang rumahnya berjarak 10 km dari sekolah harus mengendarai mobil dan tidak berjalan kaki?

Belajar Kebiasaan. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Guru memberikan pelajaran tentang kebiasaan menata sandal ketika di masjid. Bagi yang melanggar akan diberi hukuman.

Belajar apresiasi. Belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu obyek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan keakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai suatu obyek tertentu misalnya apresiasi produk dan seni.  Contoh, guru selalu menanamkan untuk saling menghargai satu sama lain dan memberikan apresiasi ketika mendapatkan kebaikan dari orang lain.

Belajar pengetahuan. Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obyek pengetahuan tertentu. Dapat diartikan juga sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Contoh Guru mengajak siswanya bereksperimen untuk membuktikan gaya gravitasi.


Unsur-unsur Belajar

Cronbach (Suyono& Hariyanto: 2011) mendiskripsikan tujuah unsur-unsur belajar, diantaranya adalah:

Tujuan Belajar. Belajar dimulai dari adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan muncul karena adanya sesuatu kebutuhan.

Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis.

Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar -tempat, lingkungan sekitar, alat, dan lain-lain.

Interpretasi. Yaitu melihat hubungan antara komponen-komponen situasi belajar, emlihat makna dari hubungan tersebut.

Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tetang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar.

Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif maupun sebaliknya sebagai konsekuensi terhadap respon yang dipilih oleh siswa.

Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat, motivasi, namun juga dapat membangkitkan siswa sehingga siswa mau belajar.

Prinsip-prinsip Umum Belajar

Dan terakhir saya akan memaparkan prinsip-prinsip umum belajar (Sukmadinata: 2004) sebagai berikut:

Pertama, Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Manusia jika ingin berkembang, dituntut untuk belajar, melalui belajar terjadi perkembangan individu.

Kedua, Belajar berlangsung seumur hidup (lifelong learning).

Keempat, Keberhasilan belajar ditentukan oleh factor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha individu.

Kelima, Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Diantaranya meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Keenam, Kegiatan belajar bisa dilangsungkan di manapun. Tidak bergatung di dalam kelas semata.

Ketujuh, Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru. Atau baik bertatap muka secara langsung, maupun tidak (seperti konsep MOOC)

Kedelapan, Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi tinggi.

Kesembilan, Perbuatan belajar bervariasi dari yang sederhana dan yang paling sulit (kompleks)

Kesepuluh, Dalam proses belajar pasti akan terjadi pelbagai hambatan-hambatan. Hambatan terjadi biasanya karena belum adanya penyesuaian-penyesuaian.

Kesebelas, Dalam belajar diperlukan bantuan dan bimbingan orang lain.

Demikian paparan tentang Memahami Belajar dan Pembelajaran. Meski masih kurang komprehensif, kami tetap berharap artikel ini dapat menambah wawasan Anda terkait proses belajar.

Referensi:

1.        Suyono & Hariyanto,2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:  Remaja Rosdakarya
2.       Sukmadinata, Nana Syaodih, 2004, Landasan Psikologi: Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
4.       Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
5.       You Tung, Khoe. 2005. Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Jakarta: Indeks

8/26/2017

 Implementasi Teori Hierarki Kebutuhan Manusia

Implementasi Teori Hierarki Kebutuhan Manusia






Manusia mempunyai naluri agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi sehingga dengan pemenuhan tersebut, dapat mendorong manusia melakukan pelbagai aktivitas, mencapai tujuan hidup, meningkatkan motivasi dan meraih ketenangan atau kesenangan.

Teori kebutuhan hidupyang terkenal adalah Need Theory David McClelland dan Abraham Maslow.

Need Theory David McClelland.

Need Theory dicetuskan oleh Psikolog Amerika, David Clarence McClelland. McClelland psikolog kelahiran New York mengenyam pendidikan di Wesleyan University, master University of Missouri, dan Ph.D dalam ilmu psikologi eksperimental dari Yale University. Hidupnya banyak dihabiskan menulis dan mengajar di pelbagai universitas, seperti Harvard dan Boston University.

McClelland mencetuskan “Three Needs Theory”, yang menjelaskan bagaimana keinginan pencapaian kebutuhan seperti kekuasaan dan afiliasi dapat mempengaruhi tindakan dari konteks manajerial. Dia menjelaskan bahwa semua manusia pasti memiliki ketiga jenis motivasi tanpa memandang usia, jenis kelamin, tas atau budaya.

Ketiga jenis motivasi tersebut:

Pertama, Need for achievement.

Kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Kebutuhan ini membuat manusia lebih menyukai mengerjakan tugas-tugas tertentu dengan kesulitan yang sedang, dan menyukai mendapatkan umpan balik.

Kedua, Need for affiliation

Kebutuhan untuk mendapatkan afiliasi, koneksitas, dan hubungan interpersonal. Manusia yang memiliki kebutuhan untuk berafiliasi menyukai menghabiskan waktunya untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial. Bekerja secara berkolaborasi menjadi sebuah habit mereka.

Ketiga , Need for power.

Need of Power membuat manusia menghabisan waktunya untuk mendapatkan kekuasaan atau kepemimpinan, minimal mendapatkan pengakuan atas eksistensinya. Manusia dengan kebutuhan ini sangat termotivasi untuk bisa muncul dalam permukaan khalayak ramai, pandai berargumen dan selalu menjadi terdepan.

Teori Kebutuhan Abraham Maslow.

Abraham Maslow merupakan seorang psikolog Amerika Serikat keturunan Yahudi kelahiran Brooklyn, New York 1908 yang dikenal dengan gagasan hierarki kebutuhan manusia.

Maslow memperoleh gelar psikologi dari Universitas Wisconsin, kemudian mendalami riset di Universitas Columbia. Di sana bertemu dengan psikolog kenamaan, seperti Alfred Adler. Selain menjadi seorang psikolog, Maslow adalah guru besar di Universitas Brandeis.

Profesor Abraham Maslow menggunakan bentuk piramida untuk memvisualisasikan hierarki kebutuhan manusia. Menurutnya, manusia selalu termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya mulai dari terendah; mulai dari kebutuhan fisiologis, akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan untuk dihargai dan aktualisasi diri.

Pertama, kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan fisiologis bisa disebut juga dengan kebutuhan dasar (basic needs). Kebutuhan ini diantaranya yang paling melekat: udara, makanan, dan materi. Setiap manusia pasti membutuhkan kebutuhan mendasar ini.

Kedua, kebutuhan akan rasa aman.

Naluri manusia mempunyai rasa takut. Untuk melindungi agar ketakutan tidak selalu muncul atau hadir, maka manusia mencari sebuah perlindungan atau keamanan. Inilah yang disebut dengan kebutuhan rasa aman.

Ketiga, kebutuhan untuk dicintai.

Setelah basic needs dan savety needs terpenuhi, manusia mencari kebutuhan yang lain, yakni dicintai atau disayangi oleh orang-orang disekelilingnya (keluarga, teman dan atasan). Kebutuhan di atas biasanya terjalin melalui sebuah komunikasi yang baik, baik melalui pertemanan maupun interaksi sosial yang lain.

Keempat, kebutuhan untuk dihargai.

Esteem needs atau harga diri salah satu diantara beberapa kebutuhan manusia yang selalu ingin terpenuhi manakala kebutuhan-kebutuhan yang lain sudah terpenuhi. Esteem needs menyangkut kekuatan, kompetensi, percaya diri, kemandirian, penghargaan dari orang lain, dan status sosial. Puncak dari semuanya, modal untuk mewujudkan self actualization.

Kelima, aktualisasi diri.

Jika manusia memiliki esteem needs tinggi, ditopang dengan kemandirian, percaya diri, mempunyai kompetensi, dan keinginan yang kuat untuk berkembang, pada akhirnya ia akan melakukan aktualisasi diri.

Implementasi di Sekolah.

Dari Teori kebutuhan manusia David McClelland dan Abraham Maslow di atas dapat diambil pelajaran oleh kalangan pendidik atau guru. Diantara pelajaran yang dapat diperoleh sekaligus di implementasikan si sekolah:

#Assesmen Menyeluruh

Guru bersama-sama dengan tenaga yang lain, seperti konselor, psikolog, waka kesiswaan membuat assesmen secara menyeluruh. Assesmen dibuat bertujuan untuk mengumpulkan pelbagai informasi anak secara lengkap, mulai dari kelahiran, masa balita, karakteristik/gaya belajar, kecenderungan hingga kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak.

#Menjadi Orang Tua di Sekolah.

Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga menjadi orang tua para siswanya di sekolah. Memperlakukan siswa tidak hanya sekedar seorang murid, namun lebih dari itu, menjadikan mereka seperti anak-anak sendiri membuat guru akan mudah memberikan rasa “cinta” kepada mereka.

#Sekolah Aman.

Menjadikan tempat belajar menjadi sekolah aman bagi anak sudah kewajiban para stakeholder pengampu pendidikan. Sekolah aman akan membuat anak-anak serasa belajar di rumah sendiri sehingga mereka akan merasa nyaman. Hal terkecil menjadikan sekolah nyaman adalah menjauhkan perilaku bullying, tidak mudah menghakimi hingga menjauhkan perilaku persekusi.

#Optimalisasi Potensi Siswa.

Arahkan kecenderungan, minat dan bakat siswake arah positif di sekolah semisal pelbagai kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi sekolah. Kegiatan ektrakulikuler dan organisasi intra sekolah bisa menjadi wadah aktualisasi diri. Siswa yang mempunyai kecenderungan pada alam, mungkin akan menyukai kegiatan kepramukaan. Siswa dengan bakat akademik dan kepemimpinan akan cocok bergabung dengan wadah OSIS.

#Kebebasan Terkendali

Salah satu cara menumbuhkan kreativitas siswa adalah dengan memberikan kebebasan. Dengan kebebasan, siswa akan dengan mudah melakukan eksplorasi. Perlu dicatat, kebebasan di sini adalah kebebasan yang terkendali.

Demikian paparan Teori Hierarki Kebutuhan Manusia dan bagaimana mengimplementasikannya dalam lingkungan pendidikan.


Apa Kebutuhan Manusia?

Abaraham Maslow dalam teori hierarki kebutuhan manusia menjelaskan  bahwa, setiap manusia membutuhkan apa yang ia namakan dengan piramida kebutuhan manusia, yakni terdiri dari: kebutuhan fisiologis, akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan untuk dihargai dan aktualisasi diri. Pengetahuan ini sangat penting bagi profesi guru, manajer atau seorang leader.

Download Cheklist





Design Thinking

[Design Thinking][recentbylabel2]

Belajar Online

[Belajar Online][recentbylabel2]

Ruang Guru

[Ruang Guru][recentbylabel2]
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done